Mohon tunggu...
Filivi Delareo Wanwol
Filivi Delareo Wanwol Mohon Tunggu... -

Stock Observer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Supernova

1 Oktober 2017   16:52 Diperbarui: 1 Oktober 2017   17:21 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Namun orangtuaku paham. Bahwa aku sudah dewasa dan bisa menerima apapun perkataan orang terhadap diriku."

4 tahun yang lalu, saat dimana aku mengajak Vela berkeliling kota Jakarta sampai larut malam, aku tidak sadar bahwa hal itu akan berujung pada kebencian kedua orangtuanya terhadapku. Aku sudah meminta izin terlebih dahulu sebelum mengajak Vela jalan-jalan. Namun, aku lupa bahwa Vela mempunyai jam malam dan itu selalu ditegaskan oleh kedua orangtuanya. Ketika aku mengantar Vela, itu sudah pukul 11 malam. Kulihat wajah kedua orangtua Vela yang merah padam menunggu Vela di teras rumah. Belum sempat Vela turun dari motor, aku sudah dicaci oleh kedua orangtuanya. Mulai dari tidak bertanggungjawab, sampai dengan tidak akan pernah memaafkanku. Entah itu permasalahan sepele atau tidak, tapi memang aku yang bersalah atas kejadian ini. Karena aku tidak bisa menghargai aturan jam malam yang sudah ditetapkan oleh kedua orangtuanya.

Vela kembali melanjutkan untuk membuka kado tersebut. Ketika kado tersebut selesai dibuka, dia mendapati kotak kecil yang terlihat elegan.

"Ini apa?" Tanya Vela padaku,

"Buka saja."

Vela membuka kotak kecil tersebut. Ketika dia melihat apa isi dari kotak tersebut, dia bertanya,

"Kamu gila?"

"Memang. Dari dulu malah aku sudah gila." Jawabku santai.

"Tapi ini benar-benar sudah gila." Ucapnya.

Aku kembali tertawa, teringat beberapa tahun yang lalu aku duduk disini bersama dirinya. Mengerjakan soal-soal untuk ujian bersama sambil memakan arum manis yang sangat dia sukai. Kami masih bercerita mengenai kuda poni dan puteri-puteri dalam serial Disney(sebuah rumah produksi untuk film animasi ternama dunia). Masih teringat di otakku bahwa Vela ingin sekali berdansa layaknya Cinderella, dan aku selalu mendengarkan ceritanya walaupun dia sudah mengulangi hal itu beratus-ratus kali.

"Kamu dulu pengen banget jadi Cinderella."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun