Mohon tunggu...
Junaidi Aldalex
Junaidi Aldalex Mohon Tunggu... -

Mencoba merangkai kata mengungkapkan kegundahan, kegelisahan di dalam benak yang penuh angan dan mimpi, mencoba merangkai bahasa dari apa yang dilihat dan dirasakan, impian terbesar menjadi sahabat sejuta kompasianer. Tinggal di sebuah kota kecil negri ini, jauh dari hingar bingar kemacetan seperti ibukota, jauh dari panggung sandiwara senayan, dan jauh dari kampus dimana pusat korupsi halal diajarkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gerandong Takut Jembatan Ampera

18 Oktober 2010   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Grandong lugu: “Kalau begitu siapa dong yang seharusnya bisa membantu?”, kata grandong dengan keluguannya

Grigidul: "ya wakil mereka dan pimpinan daerah mereka, kata teman saya yang masih kuliah di Rusia Fakultas Perbanditan Managemen Tipudaya semester akhir, untuk bisa melaksanakan pembagunan harus mesti dianggarkan di APBD, tetapi untuk bisa lancar pembangunan itu, APBD jangan sampai masuk angin dan kentut".

Gerandong lugu: sambil memegang kepala silugu masih saja belum paham “ BAGINDA APA ITU APBD?”.

Grigidul: ”APBD ADALAH UANG RAKYAT YANG DIKELOLA OLEH DAERAH UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT bukan untuk Kesejahteraan Pejabat, ini Indonesia bukan Rusia bagai mana sudah paham.

Grandong lugu: "Paham baginda"

Grigidul: "kalau kamu sudah paham semoga wakil mereka juga bisa lebih paham, kalau mereka belum paham berarti malu dong sama kamu Mr. Gerandong lugu"

(Selesai)
Ket:
Cerita "Gerandong Takut Jembatan Ampera" adalah Fiksi, akan tetapi Kondisi Jembatan dan lokasi adalah Fakta. Mohon maaf jika susunan cerita dan pemakaian kata serta kalimat tidak tersusun dengan baik dan benar serta tidak memenuhi standar penulisan fiksi, karena saya sediri bukan ahli pembuat cerita fiksi. Namun terlepas dari memenuhi standar cerita fiksi atau tidak marilah semua pihak terkait bisa melakukan reaksi dan aksi dari sentilan subtansi cerita ini.I ntinya jangan bikin greandong takut lagi, dan jangan sampai malu sama gerandong ......ha ha ha... terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun