Mohon tunggu...
Junaidi Aldalex
Junaidi Aldalex Mohon Tunggu... -

Mencoba merangkai kata mengungkapkan kegundahan, kegelisahan di dalam benak yang penuh angan dan mimpi, mencoba merangkai bahasa dari apa yang dilihat dan dirasakan, impian terbesar menjadi sahabat sejuta kompasianer. Tinggal di sebuah kota kecil negri ini, jauh dari hingar bingar kemacetan seperti ibukota, jauh dari panggung sandiwara senayan, dan jauh dari kampus dimana pusat korupsi halal diajarkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gerandong Takut Jembatan Ampera

18 Oktober 2010   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Grigidul : “Siapa takut, sebetar lagi kekuatan itu kita taklukan, oke jaga kerajaan! kami langung berangkat, siapkan telur ayam, sesajen dan kain hitam sebagai syarat untuk manggil aruah prustasi korban ketidak adilan pembangunan negri ini!”

Akhirnya Raja Gerandong dan Panglima Gerandong berangkat ke TKP dengan penuh kesiapan mental, karena pikirnya suara jembatan itu memiliki kekuatan gaib.

Sesampainya di TKP kedua gerandong berjalan pasti di jembatan tersebut, tepatnya jam 12 malam jum’at, tapi tiba-tiba gerandong tersebut loncat dari jembatan dan lari pontang panting terbirit-birit ketakutan. Keesokan harinya kabar Grandong ketakutan tersiar, bahkan menjadi topik utama panderan warga jembatan.

Peristiwa ini membuat sang raja gerandong penasaran, untuk kesekian kalinya grigidul mengirim gerandong mata-mata untuk mengetahui masalah sebenarnya. Setelah satu minggu kemudian disebuah warung kecil warga lagi ngegosip, tiba tiba datang seorang pemuda, dan ternyata dialah penyebab kenapa gerandong lari terbirit birit.

Dia menceritakan bahwa malam jumat kemaren, dia melintas jembatan ampera mengunakan roda dua, karena kondisi jembatan yang sudah mulai rusak , sehingga papan-papan tersebut apabila dilintasi akan menimbulkan bunyi bising akibat paku dan papan sudah mulai bermasyalah, inilah yang membuat kemaren gerandong takut terbirit-birit. Dia juga menambahkan ini tidak ada hubungannya dengan mistik atau kekuatan gaib, tapi ini tandanya jembatan sudah selayaknya untuk diperbaiki.

Kemudian terjadilah tanya jawab pemuda dan warga..!

Warga: “kemana kita dapatkan dananya untuk bisa melakukan rehap jembatan kita?”

Pemuda : “Nah yang mesti memikirkan ini adalah wakil kita dan pimpinan daerah kita, mereka digajih untuk itu, gitu aja kok repot. Kalau mereka punya niat pasti datang kemari dan mengirim tim untuk ricek n ricek, yang penting ABG (Asal Bukan Gerandong) dan yang terpenting dianggarkan di APBD"

Ternyata info ini terdengar grandong, dan para grandong pun rapat bersama pasukannya...

Gerandong lugu : “apakah kita bisa membantu para warga untuk memperbaiki jembatan mereka baginda dengan kekuatan yang kita miliki?”.

Grigidul: baginda menjawab sambil mengkerutkan kening, “ini abat milinium bukan zaman tangkuban perahu, ngga mungkin kita minta bantuan jin iprit untuk memperbaiki jembatan tersebut, dan kita tidak punya orang-orang yang ahli kontruksi, konsultan, dan lagi pula didunia gerandong tak mengenal APBD, lalu pakai apa kita bisa bantu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun