Jiah. Aku nyengir dengar Emak pake bahasa James Bond diakhir pertanyaanya.
“Engga Mak, engga ada apa-apa. Cuma lagi ngebayangin Adikku nih si Emprit, biasanya sehari-hari maenin burung, ngobrol ama Berbie, ngintilin Emak, eeeh terus besok dah pisah punya kehidupan baru. Emang kamu bisa?” Mbak Bi mengangkat daguku yang menunduk menerima pertanyaan itu.
“Pasti bisalah. Anak Emak gitu loh !” Emak menjawab pertanyaan Mbak Bi dengan wajah yang datar. Tak tampak keyakinan di sorot matanya yang selama ini terlihat jika memintaku mencuci atau menimba air dari sumur.
Aku tersenyum mendengar jawaban Emak.
“Bisaaaa dong. Kaan adikku ini super, ngga kalah ama Super Dede. Hehehe..” Mbak Bi coba bercanda mengangkat semangatku.
Aku pun nyengir, “Aku masih inget pesan-pesan Mbak Bi di balai-balai ini waktu keluarga besar kita kumpul.”
Ku sebutkan pesan Mbak Bi secara mantap dan lancar.
"Jaga wanitamu, sayangi dan cintai dengan sungguh-sungguh. Sekarang, esok, sampai kelak kalian menua bersama."
"Jaga kesetiaanmu, jangan pernah tergoda apalagi berpaling pada wanita lain yang hanya akan membawa petaka, kita."
"Hari ini sengsara atau kelak jaya, tetaplah gandeng istrimu yang mendampingi dalam suka duka, Jaga ibadahmu, bimbing istrimu, jangan pernah berbuat atau berkata kasar. Jadilah imam dan panutan bagi istri dan anak anakmu."
Belum selesai aku melanjutkan, Mbak Bi memeluk. Air matanya mengalir deras. Dalam pelukannya, ku lanjutkan pesannya yang terakhir, "Dan satu yang penting, tetap sayang dan cinta pada Emak, ya Diff. Siapa lagi yang bisa membahagiakan beliau selain kita berdua. Ingat selalu perjuangan Emak. Surga kita ada di telapak kaki Emak, jangan pernah sakiti hati Emak!".