“Tidak Bu, biar Gita di sini saja menemani Ibu. Gita ga mau melihat ibu kerja sendirian”.
“Kamu memang tidak mau main sama Meta ?”
“Ngga..!”
“Ooo.. ya sudah kalau gitu !”
Aku memandangi wajah Ibu. Ia tampak kelihatan lebih tua dari umurnya. Mungkin karena harus menanggung beban hidup. Karenanya ia banyak pikiran. Tapi biarlah, yang penting Ibuku tetap terlihat cantik dan ayu. Wajahnya bersinar karena sering dipoles oleh air wudhu. Aku ingin seperti dirinya. Mempercantik diri dengan yang alami, sesuai perintah kanjeng Nabi.
##
Rinduku padamu ya Robbi…
Suara jangkrik terus bersahutan terdengar merdu. Aku tidak memiliki televisi, tapi cukuplah suara jangkrik itu sebagai penghibur hati atas keresahan yang membelenggu diri sejak pulang sekolah tadi. Apa coba yang harus aku katakan pada Ibu nanti? Aku tidak tega, sungguh ini memberatkan. Tapi aku juga membutuhkannya? Oh Tuhan Robbul ‘ijjati, tolonglah hambamu yang sedang bingung ini. Ucapku lirih.
Aku meneteskan air mata. Terdengar alunan suara seseorang membaca al-quran. Merdu sekali. Bacaan Makhorijul hurufnya betul, tajwidnya betul, suaranya syahdu. Oh indahnya…. Aku jadi terhanyut, terbuai oleh keindahan mu’jizatnya. Terasa terobati hati yang gundah gulana ini. Akhirnya dapat terlupakan dalam keheningan.
##
Hanya kepadamu aku memohon, kabulkan ya Robbi….