Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Pasca Sarjana Studi Ekonomi Syariah di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rigor Mortis

8 November 2024   23:18 Diperbarui: 8 November 2024   23:18 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hukumonline.com/berita/a/11-cabang-ilmu-forensik-dalam-tindak-pidana-lt6371f5bf83f09/

"Ok, lanjutkan, Dok!" perintah Arif.

"Striknina, zat yang berasal dari biji pohon Strychnos nux-vomica, umumnya ditemukan di Asia Tenggara dan India. Zat ini memiliki efek toxic yang luar biasa kuat dan dikenal luas sebagai racun saraf. Saat zat ini masuk ke dalam tubuh, ia segera menunjukkan sifatnya yang kejam dengan mengganggu sistem saraf pusat secara langsung. Proses yang dilaluinya amat spesifik; striknina dengan cepat menghambat reseptor glisin di otak dan sumsum tulang belakang, merusak salah satu sistem pengatur paling penting dalam tubuh, kemungkinan Adrenalin yang tinggi disebabkan oleh zat ini jg Detektif Arif.

Dalam keadaan normal, glisin memainkan peran penting dengan meredam aktivitas neuron yang berlebihan. Reseptor glisin ini bertindak semacam 'rem' bagi sistem saraf, mengontrol agar aktivitas saraf tidak berlebihan sehingga kontraksi otot tetap seimbang dan sesuai kebutuhan. Namun, striknina bekerja layaknya penghancur 'rem' ini, membuat otot kehilangan kendali atas proses relaksasi dan menjadi tegang terus-menerus. Sebuah ketegangan ekstrem mulai terjadi, memicu serangkaian kejang-kejang yang menyakitkan dan mengunci otot-otot dalam kondisi kaku yang tak tertahankan.

Jika seseorang terpapar striknina dalam jumlah tertentu, dampaknya dapat segera terlihat dengan tubuh yang mengalami kejang ekstrem. Tubuh terkunci dalam kontraksi kuat, menciptakan kekakuan yang menyerupai rigor mortis, yaitu kondisi kaku yang biasanya baru terjadi setelah kematian. Dalam beberapa kasus parah, ketegangan ini bahkan dapat menyebabkan seseorang meninggal akibat gagal napas karena otot-otot pernapasan turut lumpuh akibat kontraksi yang tanpa henti.

Zat ini dapat mempercepat rigor mortis, kondisi yang biasanya berkembang beberapa jam setelah kematian. Striknina membuat tubuh mengalami kejang kuat yang berlanjut hingga kematian, menghabiskan ATP, sumber energi otot yang sangat dibutuhkan untuk relaksasi pascakematian. Ketika sumber energi ini habis, tubuh pun langsung memasuki kondisi kaku, seolah-olah mengabaikan urutan alami rigor mortis.

Striknina dulunya dipakai sebagai pestisida, terutama untuk mengendalikan populasi hama. Namun, saat ini penggunaannya telah dilarang di banyak negara mengingat bahayanya bagi manusia dan hewan lainnya. Meski begitu, striknina masih menjadi fokus penting dalam dunia forensik, terutama dalam kasus-kasus keracunan akut. Sebagai racun yang mempercepat rigor mortis, zat ini masih menjadi bahan investigasi penting bagi ahli patologi dan forensik untuk menentukan waktu serta penyebab kematian secara lebih akurat.

Dalam lingkup medis maupun forensik, pemahaman tentang cara kerja striknina sangat penting, terutama karena kemampuannya untuk membuat otot menjadi tegang sampai energi habis. Hal ini membuatnya unik dan mematikan; efek jangka panjangnya tidak hanya mempercepat kekakuan otot dalam kematian tetapi juga menghadirkan efek racun yang sangat berbahaya, bahkan di dunia di mana zat ini hanya tersisa sebagai bahan penelitian atau bukti forensik," ucap dokter Ahmad dengan rinci dan jelas.

"Cetak berkas uji forensiknya sekarang juga, Dok. Akan ada seseorang yang kita tangkap pagi ini," seru Arif sambil menutup saluran telepon.

Arif langsung menuju markas kepolisian untuk mengurus berkas penangkapan, ditemani dokter Ahmad dan staf kepolisian lainnya. Detektif Arif lalu bergegas menuju salah satu real estate milik sang konglomerat. Dokter Ahmad, sebagai ahli forensik, masih belum mengetahui siapa yang akan ditangkap oleh pihak kepolisian dan detektif Arif.

Dan ternyata, rumah yang Detektif Arif tuju adalah rumah anak pertama dari sang konglomerat yang bernama Damian Santoso. Flashback di awal penyelidikan, ternyata anak pertama sang konglomerat, yaitu Damian Santoso, merekayasa kematian ayahnya sedemikian rupa agar terlihat seperti serangan jantung, karena memang penyakit yang sedang diderita sang konglomerat adalah penyakit jantung. Saat kematian ayahnya, Damian sedang berada di Singapura. Keberadaannya di Singapura memang bagian dari rencana agar kematian ayahnya terlihat natural tanpa ada campur tangan dirinya.

Dan ternyata, dua hari sebelum kematian ayahnya, Damian menyuruh asisten rumah tangga yang ada di rumah sang konglomerat untuk memberikan obat yang ternyata itu adalah striknina, racun yang sangat mematikan. Sang pembantu tidak menaruh curiga karena memang Damian biasa membawakan obat untuk ayahnya. Arif merangkai semua alur kasus ini dengan bagian mulai dari saksi dan bukti, sehingga Arif yakin hanya ada satu orang yang harus dimintai pertanggungjawaban atas kematian sang konglomerat, yaitu anak pertama yang bernama Damian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun