Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rigor Mortis

8 November 2024   23:18 Diperbarui: 9 November 2024   03:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkinkah ada keterlibatan pihak ketiga? Seseorang yang mungkin sengaja mempercepat kematian pria ini dengan cara yang belum pernah ia temukan sebelumnya? Atau, mungkinkah korban berada di bawah kondisi tertentu yang menyebabkan tubuhnya mencapai rigor mortis lebih cepat?

Dengan penasaran yang membara, Arif kembali ke laboratorium forensik untuk berbicara dengan dokter yang menangani pemeriksaan korban.

"Rigor mortis seharusnya tidak muncul secepat itu, terutama di ruangan dengan suhu rendah. Apa kau menemukan sesuatu yang lain?" tanya Arif, berharap ada titik terang dalam kasus yang penuh teka-teki ini.

Dokter forensik itu mengangguk dan memberikan secarik catatan. "Kami menemukan jejak adrenalin yang sangat tinggi dalam tubuhnya, yang cukup luar biasa bahkan untuk kasus kematian mendadak. Adrenalin yang tinggi bisa mempercepat kontraksi otot, dan dalam kondisi tertentu, mungkin bisa mempercepat onset rigor mortis."

Arif menatap catatan itu, mencoba merangkai sebuah cerita. Mungkinkah pria ini mengalami sesuatu yang sangat mengejutkan atau menakutkan sebelum ia meninggal? Sesuatu yang cukup untuk memicu lonjakan adrenalin dan mempercepat kekakuan tubuhnya? Arif tahu, adrenalin adalah reaksi tubuh terhadap situasi ekstrem. 

Tubuh mengeras dalam rigor mortis sebagai akibat dari hilangnya ATP, bahan kimia yang membantu otot tetap berelaksasi, tetapi lonjakan adrenalin dapat menyebabkan otot terkunci dalam kontraksi yang tak berujung.

Dalam perjalanan pulang, Arif memikirkan kemungkinan tersebut. Mungkin pria ini berhadapan dengan sesuatu yang membuatnya ketakutan hingga ke tulang, sesuatu yang meninggalkan bekas yang sangat nyata, bahkan setelah kematian. 

Rigor mortis bukan hanya tanda waktu kematian; ia adalah gambaran tak terlihat dari apa yang terjadi di detik-detik terakhir seseorang. Meskipun ilmiah dan dapat dijelaskan, rigor mortis tetap memiliki misteri yang tak terungkap, seperti sebuah kisah yang tersimpan dalam setiap sel tubuh manusia.

Malam itu, Arif merasa dirinya lebih dekat pada solusi, tetapi jauh dari akhir. Rigor mortis, yang terlihat seperti fenomena alamiah biasa, ternyata menyimpan banyak cerita dan misteri yang menunggu untuk ditemukan.

Pria yang sedang Arif selidiki kematiannya adalah seorang konglomerat dengan kekayaan 200 triliun, pemilik perusahaan-perusahaan besar. Jadi, kasus ini sangatlah penting baginya karena banyak mata tertuju pada kematian sang konglomerat ini. 

Beberapa media menyimpulkan sendiri bahwa kematian sang konglomerat disebabkan serangan jantung, dan hal ini cukup mengganggu pikiran Arif yang sedang menyelidikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun