Mungkin Anda merasa lebih baik setelah membeli sesuatu, tetapi ketika saldo tabungan semakin tipis, Anda justru dilanda kecemasan lebih besar dari sebelumnya.
Menurut para psikolog, doom spending seringkali terjadi pada mereka yang merasa kehilangan kontrol atas hidupnya. Dengan berbelanja, mereka mencoba "mengambil kembali" sedikit kendali itu.Â
Tetapi dalam jangka panjang, perilaku ini justru memperburuk masalah baik secara psikologis maupun finansial.
Lebih lanjut, doom spending dapat dihubungkan dengan gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan oniomania (belanja kompulsif). Mereka yang mengalami gangguan ini cenderung menjadikan belanja sebagai cara utama mengatasi stres emosional, bukan lagi sekadar hiburan.
Fenomena ini banyak ditemukan di kalangan anak muda. Mengutip dari Psychology Today, generasi milenial dan Gen Z lebih memilih menikmati hidup saat ini daripada memikirkan masa depan.Â
Mereka cenderung menghabiskan uang untuk bersenang-senang daripada menabung. Belum lagi, dengan media sosial yang memajang kemewahan, tekanan untuk tampil sukses dan bahagia semakin kuat.
Ylva Baeckstrom, dosen keuangan di King's Business School, menyoroti bahwa anak-anak muda ini lebih rentan karena kurangnya literasi keuangan. Alih-alih merencanakan masa depan, mereka fokus pada kepuasan jangka pendek. Padahal, di tengah ketidakpastian ekonomi global, perilaku ini sangat berisiko.
Jika kita melihat dari kacamata Ekonomi Islam, perilaku doom spending tentu saja dianggap boros dan tidak bertanggung jawab. Dalam Islam, pengeluaran harus seimbang, terencana, dan menghindari israf (pemborosan).Â
Prinsip zuhud (hidup sederhana) mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang hanya memuaskan hawa nafsu sesaat.Â
Di sisi lain, ajaran qana'ah (rasa cukup) menyarankan agar kita mensyukuri apa yang sudah dimiliki, bukan terus-menerus mencari kepuasan dari hal-hal materi.
Jika doom spender lebih mengedepankan kepuasan instan, maka ekonomi Islam mengajarkan pentingnya menahan diri dan fokus pada kesejahteraan jangka panjang.Â