Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

"Makan Tabungan", Seni Bertahan Hidup di Tahun 2024

6 Oktober 2024   07:44 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perspektif ekonomi Islam, fenomena ini mengkhawatirkan karena menandakan hilangnya kesejahteraan masyarakat. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga harta (hifzh al-mal) dan menghindari kemiskinan yang dapat merusak tatanan sosial. Ketika masyarakat terpaksa menggunakan tabungan, itu artinya mereka kehilangan kemampuan untuk mengembangkan kekayaan yang seharusnya dimanfaatkan untuk masa depan atau kegiatan produktif lainnya.

Ekonomi Islam juga menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini, salah satunya melalui sistem zakat dan sedekah yang lebih optimal. Redistribusi kekayaan dalam masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah bisa menjadi jaring pengaman sosial yang lebih efektif dibandingkan sekadar mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah. Selain itu, Islam mendorong kebijakan ekonomi yang adil, termasuk menjaga stabilitas harga dan memastikan akses yang lebih luas terhadap lapangan pekerjaan yang layak.

Mencari Jalan Keluar

Fenomena makan tabungan tahun 2024 adalah peringatan keras bagi pemerintah dan pelaku kebijakan ekonomi. Salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang berkualitas, sehingga masyarakat tak perlu terus-menerus menguras tabungan. Pemerintah juga perlu meninjau kembali program bantuan sosial agar lebih inklusif dan mencakup masyarakat kelas menengah ke bawah yang kini mulai terhimpit.

Selain itu, pemerintah dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sektor-sektor padat karya, memberikan insentif kepada UMKM, serta mengoptimalkan teknologi digital untuk membuka peluang kerja baru.

Fenomena makan tabungan yang dialami oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menyoroti betapa rapuhnya sistem ekonomi saat ini, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Ini bukan hanya masalah keuangan individu, tetapi juga cerminan dari kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Dengan strategi yang tepat, baik dari sisi kebijakan ekonomi maupun dukungan sosial, Indonesia bisa mengatasi krisis ini dan kembali menumbuhkan kesejahteraan masyarakatnya. Semoga Indonesia mampu menghadapi krisis ini dan menjadikan Pelajaran di masa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun