Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Pasca Sarjana Studi Ekonomi Syariah di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

"Makan Tabungan", Seni Bertahan Hidup di Tahun 2024

6 Oktober 2024   07:44 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:52 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hiruk-pikuk ekonomi 2024, sebuah fenomena menarik, meski menyedihkan, muncul dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu "makan tabungan". Istilah ini mencerminkan kenyataan di mana masyarakat harus menguras tabungannya untuk bertahan hidup, kondisi yang menandakan kesulitan finansial yang semakin akut. Seolah tak cukup pandemi yang mengguncang ekonomi global, kini masyarakat kelas menengah ke bawah di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang tak kalah sulit. Namun, apa sebenarnya penyebab di balik fenomena ini?

Fenomena makan tabungan pertama kali terungkap melalui survei konsumen Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2023. Data menunjukkan bahwa masyarakat semakin banyak yang bergantung pada tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Rasio simpanan terhadap pendapatan, yang sempat berada pada level 19,8% pada 2019, kini turun drastis menjadi hanya 15,7%. Sebaliknya, pengeluaran dan pembayaran cicilan meningkat signifikan. Ironisnya, meski roda ekonomi mulai berputar setelah pandemi, pengeluaran masyarakat justru lebih besar dibandingkan pendapatan yang stagnan atau bahkan menurun.

Bagi masyarakat berpenghasilan antara Rp4,1 juta hingga Rp5 juta, penurunan rasio tabungan mencapai 460 basis poin (bps). Kelompok berpendapatan Rp2,1 juta hingga Rp3 juta pun mengalami hal serupa dengan penurunan sebesar 400 bps. Ini menandakan bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah paling terdampak oleh kondisi ekonomi saat ini.

Pengeluaran Naik, Pendapatan Tak Kunjung Pulih

Ekonom Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, menyatakan bahwa fenomena ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga akhir 2024. Menurutnya, masyarakat kelas menengah ke bawah terpaksa menghabiskan tabungan karena pengeluaran yang meningkat, sementara pendapatan tidak bertambah secara signifikan. Banyak dari mereka kehilangan pekerjaan selama pandemi dan meskipun kini sudah mendapatkan pekerjaan baru, gaji yang mereka terima jauh lebih kecil daripada sebelumnya.

Mereka yang terdampak paling parah adalah kelas menengah. Jika masyarakat kelas bawah dapat terbantu melalui bantuan sosial, kelas menengah justru terjebak di antara dua kutub: tidak cukup miskin untuk mendapatkan bantuan, tetapi juga tidak cukup kaya untuk bertahan tanpa mengurangi tabungan. Seperti yang dikatakan Nina, "Kalau yang bawah dapat bansos, tapi menengah tidak dapat, ya makan tabungan."

Menurunnya Tabungan, Naiknya Beban Hidup

Data dari Lembaga Penjamin Simpanan menunjukkan bahwa rata-rata saldo rekening dengan nominal di bawah Rp100 juta pada Juni 2024 hanya tersisa Rp1,5 juta. Bandingkan dengan angka Rp3 juta pada 2019, penurunan ini menunjukkan betapa banyak masyarakat yang harus menarik tabungan mereka untuk bertahan hidup.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal, menjelaskan bahwa orang yang masuk kategori "makan tabungan" bisa terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mereka yang benar-benar menggunakan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Kedua, mereka yang tak lagi mampu menyisihkan pendapatan untuk ditabung. Dengan demikian, kedua kelompok ini sama-sama menghadapi penurunan dalam pertumbuhan tabungan.

Dampak Ekonomi dan Perspektif Ekonomi Islam

Dalam perspektif ekonomi Islam, fenomena ini mengkhawatirkan karena menandakan hilangnya kesejahteraan masyarakat. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga harta (hifzh al-mal) dan menghindari kemiskinan yang dapat merusak tatanan sosial. Ketika masyarakat terpaksa menggunakan tabungan, itu artinya mereka kehilangan kemampuan untuk mengembangkan kekayaan yang seharusnya dimanfaatkan untuk masa depan atau kegiatan produktif lainnya.

Ekonomi Islam juga menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini, salah satunya melalui sistem zakat dan sedekah yang lebih optimal. Redistribusi kekayaan dalam masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah bisa menjadi jaring pengaman sosial yang lebih efektif dibandingkan sekadar mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah. Selain itu, Islam mendorong kebijakan ekonomi yang adil, termasuk menjaga stabilitas harga dan memastikan akses yang lebih luas terhadap lapangan pekerjaan yang layak.

Mencari Jalan Keluar

Fenomena makan tabungan tahun 2024 adalah peringatan keras bagi pemerintah dan pelaku kebijakan ekonomi. Salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang berkualitas, sehingga masyarakat tak perlu terus-menerus menguras tabungan. Pemerintah juga perlu meninjau kembali program bantuan sosial agar lebih inklusif dan mencakup masyarakat kelas menengah ke bawah yang kini mulai terhimpit.

Selain itu, pemerintah dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sektor-sektor padat karya, memberikan insentif kepada UMKM, serta mengoptimalkan teknologi digital untuk membuka peluang kerja baru.

Fenomena makan tabungan yang dialami oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menyoroti betapa rapuhnya sistem ekonomi saat ini, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Ini bukan hanya masalah keuangan individu, tetapi juga cerminan dari kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Dengan strategi yang tepat, baik dari sisi kebijakan ekonomi maupun dukungan sosial, Indonesia bisa mengatasi krisis ini dan kembali menumbuhkan kesejahteraan masyarakatnya. Semoga Indonesia mampu menghadapi krisis ini dan menjadikan Pelajaran di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun