"Istighfar, Abah. Kok tiba-tiba marah-marah begini?" tanya istrinya dengan lemah lembut.
"Julaeha, Julaeha sudah bikin malu Abah!" nada Kiyai Soleh semakin keras.
Saat Abah dan Uminya Julaeha sedang membicarakannya, terdengar suara angkot berhenti tepat di depan gerbang rumahnya Julaeha, dan di situ pula Kiyai Soleh menunggu anaknya pulang, tepat berdiri di teras rumah dengan memasang muka yang lumayan membuat Julaeha takut.
"Masuk kamu ke dalam rumah!" ucap Kiyai sambil menunjuk jarinya ke dalam rumah serta memandangi Hamdan yang melihat kejadian itu.
Kiyai Soleh tidak mengucapkan apa-apa, hanya menatap tajam Hamdan yang sedari tadi terdiam di dalam mobil angkotnya. Julaeha melangkah memasuki rumah diikuti Kiyai Soleh di belakang, sementara Hamdan dengan gugup memacu mobilnya dan bertanya-tanya ada apa gerangan.
"Kamu bikin malu Abah aja, Julaeha!" teriak Kiyai Soleh kepada Julaeha yang terduduk ketakutan sambil menggenggam kedua tangannya.
Saat itu, Julaeha dimarahi sejadi-jadinya oleh Abahnya dan tidak sepatah kata pun terucap dari mulut Julaeha. Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu karena dimarahi oleh Abahnya sendiri.
"Mulai sekarang, kamu diantar jemput sama Mang Sukri kalau mau ke kampus. Abah nyekolahin kamu biar pinter, bukan malah pacaran sama supir angkot, Julaeha!" ucap Kiyai Soleh dengan nada yang masih keras.
Semenjak kejadian Julaeha dibentak Kiyai Soleh di depan mata Hamdan di gerbang rumah, Hamdan sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Julaeha sama sekali. Julaeha bagaikan raib ditelan bumi tanpa bisa Hamdan tatap lagi.
Berkecamuk dalam diri Hamdan, serasa kehilangan yang begitu dahsyat sosok wanita yang ia cintai. Ia sempat bertanya kepada santri-santri yang ada di pondok pesantren milik Pak Kiyai Soleh, namun tidak ada yang tahu keberadaan Julaeha. Semakin frustrasi Hamdan dibuatnya, orang yang selama ini menemani dan ia cintai entah di mana keberadaannya, ia tak tahu.
Julaeha juga merasakan hal yang sama dengan Hamdan. Ia merasakan rindu yang begitu hebat akan suasana angkot yang biasa ia tumpangi. Mengobrol dengan Hamdan di dalam angkot saat pulang dan pergi ke kampus adalah suasana yang sangat ia rindukan. Julaeha hanya bisa menangis setiap malam karena dirinya selalu diawasi oleh Abahnya setiap ke mana pun ia pergi.