"Gak boleh sih, Teh, kalau sesekali gak apa-apa kayaknya," jawab Hamdan sambil tersenyum bahagia melihat perempuan yang ia incar bisa ia tatap lagi walaupun entah siapa namanya. Dengan nekat, Hamdan bertanya nama kepada Julaeha.
"Teh, namanya siapa?" tanya Hamdan.
Namun sial kali ini, Julaeha langsung memasang headset di telinganya sehingga suara Hamdan tidak terdengar sama sekali. Hamdan fokus dengan jalan yang sedang ia tuju dan sesekali memandangi Julaeha dari kaca spion belakang mobilnya.
Penumpang kala itu penuh sesak sehingga pandangan Hamdan ke Julaeha terhalang oleh penumpang lain, namun sebelum sampai di Desa Sindang Sari, para penumpang satu per satu sudah menuruni angkotnya dan beruntung bagi Hamdan bisa melihat Julaeha lagi dengan jelas. Tibalah waktunya Julaeha turun dari angkot.
"Kiri, Mang," seru Julaeha.
"Siap, Teh," jawab Hamdan sambil menepikan angkotnya ke pinggir jalan tidak jauh dari gerbang rumah Julaeha.
Dengan memberanikan diri, Hamdan menanyakan nama Julaeha untuk kedua kalinya. "Nama Teteh siapa?" Namun sial, Hamdan hanya dijawab senyuman oleh Julaeha tanpa sepatah kata pun sambil menaruh ongkos angkotnya.
Hamdan tetap berusaha sampai hari-hari berikutnya, mengingat jadwal berangkat dan pulangnya Julaeha. Suatu hari, Hamdan berhasil mendapatkan respon dari Julaeha dan mengetahui namanya. Begitu juga dengan Julaeha yang sudah mengetahui nama Hamdan, terlebih Hamdan juga sudah mempunyai nomor WA Julaeha dan sesekali chatting dengannya.
Setahun sudah Hamdan mengantarkan pulang-perginya sang anak kiyai, namun Hamdan belum berani mengutarakan cintanya karena ia pikir, ia hanya seorang supir angkot. Walaupun Julaeha terlihat merespon dengan baik setiap obrolan Hamdan, tapi belum ada kekuatan dalam hatinya untuk melepaskan kata cinta kepada Julaeha.
Di tahun yang kedua, Hamdan memberanikan diri untuk mengutarakan cintanya. Julaeha persis duduk di sebelah Hamdan, bangku paling depan, dan hanya ada mereka berdua di angkot karena para penumpang sudah turun ke tujuan masing-masing.
"Julaeha, Hamdan boleh ngomong sesuatu?" ucap Hamdan dengan gugup.