2. Â Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
Aspek kedua, kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok. Maksud dari aspek ini adalah agar anggota tim selalu mempunyai kekuasaan dalam suatu organisasi. Mereka dapat mengatur kegiatan kelompok dengan berbagai cara. Namun kekuasaan  pemimpin organisasi cenderung  lebih besar dibandingkan kekuasaan anggota kelompok.
3. Kepemimpinan sebagai kemampuan dalam menggunakan kekuasaan
Aspek kepemimpinan yang ketiga  adalah  kemampuan  menggunakan berbagai bentuk kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin seringkali digunakan untuk mempengaruhi perilaku anggota kelompok. Hal ini dilakukan dengan banyak cara. Pada dasarnya seorang pemimpin akan mempengaruhi anggota timnya. Sehingga anggota kelompok dapat melakukan pengorbanan  pribadi. Pengorbanan ini digunakan untuk tujuan organisasi. Oleh karena itu,  pemimpin mempunyai kewajiban khusus untuk mempertimbangkan masalah etika ketika mengambil keputusan.
Â
Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono atau Kartono lahir pada 10 April 1877 di Pelemkerep, Mayong, Jepara, lulusan sarjana di Universitas Leiden, mendapat gelar Doktroandus dan menjadi seorang wartawan perang, penerjemah, guru, dan ahli kebatinan Indonesia. Ia adalah anak keempat dari R. M. Ario Sosrodiningrat dan Nyai Ajeng Ngasirah ia adalah kakak kandung R. A. Kartini yang memberi inspirasi kepada Kartini untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. Ia juga dijuluki "Si Jenius dari Timur". Dikenal sebagai orang yang dapat menyembuhkan orang sakit dan orang pertama yang bisa memfoto kawah gunung kawi dari atas tanpa drone.
Seorang pemimpin dapat melayani masyarakat dengan baik jika ia menempatkannya sebagai umat Allah SWT dan ia sebagai pelayan umat, bukan penguasa. Karena itu seorang pemimpin harus memahami pedoman Catur Murti. Seperti yang dijelaskan diatas catur murti adalah bersatunya empat gejala jiwa utama, yaitu pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan. Keempat elemen ini harus bersatu padu supaya negara tidak hancur lebur. Jika ego kita lebih besar negara tidak akan maju, berkembang, berkembang, dan berkembang saja. Maka dari itu ajaran Raden Mas Sosrokartono memimpin dengan ilmu catur murti patut kita contoh.
Gaya kepemimpinan Raden Mas Sosrokartono pada pencegahan korupsi di Indonesia. Said menambahkan, Sosrokartono tepat dijadikan rujukan keteladanan pemimpin di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Menurutnya, dengan mengadopsi konsep kepemimpinan para tokoh besar terdahulu Indonesia akan besar dan sigap mengatasi masalah-masalah kekinian. Sementara, peneliti dan penulis buku, R. Yudi Prastiawan, memaparkan, bukti bahwa Sosrokartono tokoh Islam Jawa adalah dia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan laku spiritual Islam ala Jawa. Sosrokartono dikatakan sering menjalani lelakon demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. "Misalnya beliau sering berpuasa berpuluh-puluh hari di luar bulan puasa. Pernah juga melakukan lelakon dengan berdiri berhari-hari sebagai wujud spiritualisme ala Islam Kejawen," ungkapnya. Yudi menambahkan, Sosrokartono adalah tokoh nasionalis yang terkenal sebagai seorang sufi ala Islam Jawa. Yaitu seseorang yang melandaskan laku sufistiknya pada nilai-nilai spiritual Jawa. Hal itu terlihat dari beberapa pemikiran filosofisnya. "Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa adji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorke. Itu semua adalah nilai filosofis dari beliau (Sosrokartono - red) yang bisa kita teladani maknanya," kata Yudhi. Senada dengan Said, Yudhi juga meyinggung persoalan krisis kepemimpinan negeri ini. Menurutnya, saat ini Indonesia butuh sosok pemimpin sekaliber Sosrokartono dan mampu memberikan keteladanan kepada rakyatnya. "Kalaupun tidak ada sosok yang sekaliber beliau, setidaknya kita dan para pemimpin bangsa saat ini harus mempelajari dan mengamalkan filosofi - filosofi Sosrokartono untuk menyelamatkan bangsa," tandasnya.
Sosrokartono mengajarkan kita semua untuk sugih tanpo bondo (manusia kaya itu tidak harus memiliki harta yang banyak melainkan banyak teman yang baik hati dan ilmu yang bermanfaat), digdoyo tanpo aji (manusia yang kuat itu memiliki tekad yang kuat, ikhlas dan niat yang baik), nglurung tanpo bala (menyerang tanpa menggunakan bala tentara, namun menyentuh hatinya untuk menaklukannya), menang tanpo ngasorake (saat dikalahkan tidak merasa malu namun mereka yang dikalahkan merasa selalu membutuhkan kita). Keempat ajaran ini disebut Etika Sosial yang sangat relevan untuk generasi kekinian. Selain keempat ajaran tersebut filsafat hidup Raden Mas Sosrokartono di antaranya adalah bahwa titah manusia dihadapan Tuhan itu tiada berbeda, tiada yang saling mengungguli. Di dalam tubuh setiap manusia memiliki potensi besar untuk menjadi manusia berguna bagi sesamanya, untuk itu sudah selayaknya manusia menerapkan ajaran kantong bolong, artinya bila dia mendapatkan rezeki apapun, seharusnya segera dibagikan kepada sesamanya dan jangan ditahan dalam saku pribadi.
Raden Mas Sosrokartono adalah seorang yang amat sangat spiritualistis yang dimana agamanya sangat kuat ia menerapkan ilmu catur murti dalam kepemimpinannya.
Menjadi metafora (perumpamaan) Mandor Klungsu, mandor adalah kepala regu / pengawas, dan mandor bukan pemilik adalah loyalitas kepada yang memiliki kehidupan (Tuhan atau Tuan) yang tugasnya mengawasi atas perintah dari atasan, dan bertanggung jawab kepada atasan, contohnya jika atasan menyuruh korupsi menggunakan uang masyarakat atau berbohong ketika pemilihan ketua desa, itu berarti tindakan yang tidak benar bukan ? maka yang harus dilakukan adalah mengikuti kata Tuhan kita, walaupun harus mengikuti perintah atasan tetapi mandor yang seharusnya kamu takuti adalah Tuhan, karena Tuhan adalah mandor tertinggi, namun jika kamu tidak beragama tidak apa -- apa ikuti kata hati kamu saja, karena bawahan tidak pernah salah sedangkan klungsu adalah biji asam Sosrokartono mempunyai keinginan menjadi seperti biji buah asam, yang semua bagiannya bermanfaat, kokoh, rindang dapat meneduhkan. Tugas sebagai mandor adalah "Namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggakan dhateng gusti" yang artinya "Hanya mencari segala hal yang baik, lalu semuanya kupersembahkan kepada Tuhan". Ia juga memiliki konsep yang disebut Ilmu Catur Murti, Ilmu Catur Murti adalah ciptaan Raden Mas Sosrokartono yang digunakan sebagai pegangan hidup untuk melaksanakan tujuan hidupnya sebagai hamba Allah. Istilah Ilmu Catur Murti secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari kata "Catur" yang berarti empat, dan kata "Murti" yang berarti penjelmaan. Dengan demikian istilah Ilmu Catur Murti secara harfiah berarti empat hal yang dijelmakan menjadi satu. Ilmu Catur Murti adalah bersatunya empat gejala jiwa utama yaitu: pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan. Penyatuan empat hal tersebut berdasarkan pada nilai kebenaran, sehingga penyatuan itu adalah pikiran yang benar, perasaan yang benar, perkataan yang benar dan perbuatan yang benar. Dalam pelaksanaannya jika keempat gejala tersebut tidak berjalan seimbang satu dengan lainnya, maka manusia tidak dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya dan tidak dapat dengan tulus bermanfaat bagi sesama.