Berkaca dari itu apakah tidak sebaiknya para Kompasianer kembali saja ke-khittah-nya, menulis saja. Tidak perlu saling mencaci maki, saling membenci, saling mengumpat dan saling menghujat... atau malah lebih parah lagi saling mendendam.
Kalau terus begitu, maka tidak ada pembelajaran positif yang dapat dipetik, karena saya fikir kompasiana yang ter-share dan ter-connecting dan memiliki sel dengan kompas.com pastilah bukan media haterataupencetak para buliyer. Dan, saya juga fikir kompasiana juga tidak mau dianggap demikian atau ikut ambil bagian dalam proses penciptaannya.
Saya juga berterima kasih sekali dapat menulis di Kompasiana, banyak pesan yang bisa disampaikan. Saya pun bisa ketemu kembali dengan banyak rekan yang telah lama tidak ketemu terutama komunitas para penulis materi-materi tentang kesehatan.
***
Itu lah sedikit “pandangan” dari saya yang “tidak terpandang”. Jadi kalau pun ada kata yang menyinggung, maafkan lah saya karena saya baru belajar menulis dan membaca. Ini saya buat karena rasa cinta dengan kompasiana sebagai “media rakyat” dan demi masa depan kompasiana.
Kalau tidak mau memandang tulisan ini, ya.. abaikan saja... kalau pun tidak suka ya... tidak apa-apa.
Semoga bermanfaat
Salam
*Fikrijamillubay di Prabumulih, 2016*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H