Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masihkah Kompasiana Tempatnya Sharing dan Connecting?

20 Mei 2016   15:17 Diperbarui: 20 Mei 2016   15:22 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hanya karena “onta dan babi” terjadi lah “perkelahian”. Gegara “Ahok Non Ahok”, terjadilah perdebatan tanpa batas (kelewat batas) dan sudah barang tentu melewati batas-batas pergaulan yang tidak lagi menyisakan gaya menulis berbudaya, santun..., berfakta dan berteori...

Kalau sudah begini,  pertanyaannya adalah  apakah media rakyat bernama “kompasiana” sudah bergeser mind-set menjadi “media hater”...?.  

Sehingga membiasakan diri kepada para penulis, “komentator” dan “voter” untuk “patuh” pada norma-norma negatif (kok negatif ada norma-nya...?). Artinya sudah tidak ada lagi dan tidak patuh lagi pada rule of the game-nya Kompasiana.

Kasian kepada para penulis yang sebegitu serius menyalurkan bakatnya. Mereka seperti diundang dan  harus,  baik sengaja maupun tidak untuk ter/di-sharing dan ter/di-connecting kepada perilaku para “haters”.

Mereka banyak yang menjadi penonton atau bahkan sebagian dari mereka yang “serius” itu telah ikut berubah pula menjadi pelaku alias hater itu sendiri (tanyakan dengan mereka yang memiliki “verifikasi biru”). Dan, alhamdulillah saya sampai hari ini belum juga diverifikasi atau dicentang oleh Kompasiana. Nggak apa-apa juga walaupun saya tidak tahu penyebabnya. Tidak perlu marah, apalagi sampai stop menulis di kompasiana... jangan lah...!

***

Saya pernah mengalami di bully habis-habisan ketika menulis di kompasiana “Ahok, Bir dan Pembunuh Yuyun”. Banyak komentar yang tajam, mendiskreditkan, menyudutkan bahkan terkesan tidak “terdidik”.

Namun tidak satu pun komentar mereka yang begitu tajam  nan menyesakkan yang saya hapus dari lapak saya. Saya cuma tertawa (hic..hic...) saja sambil nyengir.  Saat saya buka lapak mereka yang mem-bully ternyata isinya tidak sebaik dan sebermutu dugaan saya sesuai dengan comment yang mereka buat.

Terus kalau sudah begitu, kenapa harus dibalas dengan bully juga...? karena kalau saling sahut-sahutan yang di-bully dengan yang membalas bully-an, ya... sama saja tidak ada bedanya alias “setali tiga duit”.

Di pagi hari paska membuat tulisan “Ahok, Bir dan Pembunuh Yuyun”, akhirnya saya kemukakan “tujuh pointers” untuk menjelaskan kepada para pem-bully di tulisan itu dan sepertinya mereka semua sudah lelah dan tertidur pulas. Kenyataannya, sampai hari ini tidak ada lagi yang datang, mampir untuk sekedar kemudian menjelaskan dan menjawab hasil bully-annya terhadap ketujuh pointers yang saya sampaikan.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun