Hanya karena “onta dan babi” terjadi lah “perkelahian”. Gegara “Ahok Non Ahok”, terjadilah perdebatan tanpa batas (kelewat batas) dan sudah barang tentu melewati batas-batas pergaulan yang tidak lagi menyisakan gaya menulis berbudaya, santun..., berfakta dan berteori...
Kalau sudah begini, pertanyaannya adalah apakah media rakyat bernama “kompasiana” sudah bergeser mind-set menjadi “media hater”...?.
Sehingga membiasakan diri kepada para penulis, “komentator” dan “voter” untuk “patuh” pada norma-norma negatif (kok negatif ada norma-nya...?). Artinya sudah tidak ada lagi dan tidak patuh lagi pada rule of the game-nya Kompasiana.
Kasian kepada para penulis yang sebegitu serius menyalurkan bakatnya. Mereka seperti diundang dan harus, baik sengaja maupun tidak untuk ter/di-sharing dan ter/di-connecting kepada perilaku para “haters”.
Mereka banyak yang menjadi penonton atau bahkan sebagian dari mereka yang “serius” itu telah ikut berubah pula menjadi pelaku alias hater itu sendiri (tanyakan dengan mereka yang memiliki “verifikasi biru”). Dan, alhamdulillah saya sampai hari ini belum juga diverifikasi atau dicentang oleh Kompasiana. Nggak apa-apa juga walaupun saya tidak tahu penyebabnya. Tidak perlu marah, apalagi sampai stop menulis di kompasiana... jangan lah...!
***
Saya pernah mengalami di bully habis-habisan ketika menulis di kompasiana “Ahok, Bir dan Pembunuh Yuyun”. Banyak komentar yang tajam, mendiskreditkan, menyudutkan bahkan terkesan tidak “terdidik”.
Namun tidak satu pun komentar mereka yang begitu tajam nan menyesakkan yang saya hapus dari lapak saya. Saya cuma tertawa (hic..hic...) saja sambil nyengir. Saat saya buka lapak mereka yang mem-bully ternyata isinya tidak sebaik dan sebermutu dugaan saya sesuai dengan comment yang mereka buat.
Terus kalau sudah begitu, kenapa harus dibalas dengan bully juga...? karena kalau saling sahut-sahutan yang di-bully dengan yang membalas bully-an, ya... sama saja tidak ada bedanya alias “setali tiga duit”.
Di pagi hari paska membuat tulisan “Ahok, Bir dan Pembunuh Yuyun”, akhirnya saya kemukakan “tujuh pointers” untuk menjelaskan kepada para pem-bully di tulisan itu dan sepertinya mereka semua sudah lelah dan tertidur pulas. Kenyataannya, sampai hari ini tidak ada lagi yang datang, mampir untuk sekedar kemudian menjelaskan dan menjawab hasil bully-annya terhadap ketujuh pointers yang saya sampaikan.
****