panama papers. sumber :kompas.com
By. Fikri Jamil Lubay
TENTANG REPUBLIK PANAMA
Wikipedia.org menybutkan bahwa Republik Panama merupakan negeri bekas jajahan Spanyol dan merupakan sebuah negara yang terletak di sebelah Tenggara Amerika Tengah. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Karibia, Selatan berbatasan dengan Samudera Pasifik, Timur dengan Kolombia dan Barat dengan Kosta Rika.
Panama memiliki sebuah terusan yang sangat terkenal yaitu “Terusan Panama”, sehingga Panama juga dikenal sebagai negara transit. Panama juga menjadi titik permulaan pertemuan budaya dari seluruh dunia. Terusan Panama dirancang untuk memfasilitasi komunikasi antara Pantai Samudera Atlantik dan Pasifik serta perdagangan global secara signifikan yang saling mempengaruhi.
Posisi geografis Panama di dunia saat ini menawarkan platform yang luas untuk jasa kelautan, real estate komersial dan keuangan, termasuk Colon Free Zone, daerah bebas terbesar di benua itu dan terbesar kedua di dunia .
Panama memiliki penduduk lebih kurang tiga juta orang. Panama memiliki peringkat pertama dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Amerika Tengah dan keempat di Amerika Latin.
“PANAMA OPEN” ATAU “PANAMA TERBUKA”
“Panama Open” atau “Panama Terbuka”... iya sebuah kejuaraan “tepok bulu” dan “ tendang bola” telah diadakan di Kota Panama dan dimulai sejak bulan Maret yang lalu. Pesertanya adalah hampir seluruh negara dengan melibatkan jutaan orang kaya (miliarder/milyuner). Dan sepertinya kurang lebih 2.000 pesertanya berasal dari Indonesia sebagaimana yang tercatat di dokumen “panama papers”.
Kejuaraan yang keluarnya tidak sembarangan itu telah melibatkan hampir seluruh unsur orang berduit berlabel seperti penguasa, pengusaha, pengacara kondang, politisi, pejabat, dan berdampingan dengan label-label yang lain seperti cukong, mafia, koruptor, rampok, pencuri, pengemplang, dan sialnya label itu juga berdampingan dengan label “orang jujur”, “hartanya bisa dijelaskan”, dan dengan kalimat “tidak ada yang salah dengan semua itu”.
Satu hal yang jelas “orang miskin” tidak boleh ikut di Kejuaraan Panama Open atau Panama Terbuka tersebut. Orang-orang miskin seperti mas Yanto Togel yang pemulung jangan berharap ikut Mas... Karena anda pemulung beneran. Mas Gimin yang penarik bas betot yang sering ngamen di Jembatan Ampera dulu juga nggak perlu ikut. Kang bayol yang biasa jual bakso keliling sambil sering kencing dan tidak pernah cuci “anunya” dan tangannya dibawah rumah saya di Kertapati dulu juga ndak usah pernah mikir mau ikut kejuaraan berlabel terbuka itu.
Panama Open alias “Panama terbuka” hanya diperuntukkan bagi orang tertentu dan kaya saja. Kita jadi penonton yang baik sajalah abang-abang, kakang-kakang dan mas serta mbak yu ku. Ndak usah komentar, nanti salah. Wish ojo (sudah, jangan) banyak laku... terus saja membetot bas guitarnya, terus saja jualan bakso keliling dan terus sajalah jadi pemulung yang baik. Insya allah halal semuanya....
Iya... kejuaraan terbuka itu telah dibuka di Panama. Kejuaraan itu penontonnya melibatkan hampir seluruh penduduk di penjuru dunia. Karena hampir seluruh negara menyertakan wakilnya tanpa perlu melalui tahapan seleksi. Bahkan terkesan diikuti dan dilakukan secara diam-diam, sembunyi-sembunyi dan selama bertahun-tahun. Kejuaraan terbuka yang tidak pernah diinginkan terbuka itu tidak sengaja terbuka ke publik yang dianggap tidak perlu tau untuk mengikuti perkembangan kejuaraan terbuka itu.
Pada tanggal 4 April 2016, Kompas.com menulis bahwa "Panama Papers", merupakan dokumen yang terdiri atas 11 juta dokumen internal yang terenkripsi. Ukuran file tersebut mencapai 2,6terabyte (TB). Sebanyak 11 juta dokumen tersebut terdiri atas 4,8 juta e-mail; 3 jutadatabase; 2,1 juta dokumen PDF; 1,1 juta foto; 320.000 dokumen teks; dan 2.000-an file lainnya. Itulah peserta pasti dari Kejuaraan “Panama Open”.
Idealnya sebuah kejuaraan, kejuaraan Panama Open/Panama Terbuka itu juga pastinya akan melahirkan para juara yang akan kita kenang sebagai jawara sejati. Yang akan semakin gemilang “karir”-nya stelah kejuaraan berlangsung. Namun tidak sedikit juga nantinya kita juga bisa melihat dan menjadi saksi bahwa akan lebih banyak orang-orang yang terkapar menjadi pecundang karena kalah di arena kejuaraan terbuka itu.
Kekalahan para pecundang itu telah dimulai beberapa hari setelah dokumen Panama Papers menyeruak dan memakan korban yaitu dimulai dengan mundurnya Sigmundur David dari kursi Perdana Menteri Islandia. Setelah itu, mundurnya salah satu anggota Komite Etik FIFA Juan Fedro Damiani. Kemudian korban “Panama Papers” menyeberang kenegeri jiran Malaysia dengan Shahrol Azral Ibrahim Halmi petinggi 1MDB Malaysia meletakkan jabatannya yang diikuti secara berjamaah oleh petinggi 1MDB lainnya.
Kegemparan kejuaraan “Panama Open” juga nyeberang ke Amerika Latin. Di Brazil, presidennya Dilma Rouseff masih menghadapi ancaman pemakzulan (metrotvnews.com, selasa, 19 April 2016) dan dipaksa mundur dengan demo goyang samba yang terkenal itu. Panama Papers juga menyerang rusia dengan Vladimir Putins yang disinggungnya, dan lain-lain. Pemerintah China bahkan bersusah payah melarang pemberitaan yang terkait dengan “Panama Papers” (republikanews.co.id, rabu 6 April 2016). Padahal di dokumen Panama Papers, tegas menyebut bahwa keluarga Presiden China Xi Jin Ping tercantum sebagai pengemplang pajak dan menjadi “peserta” kejuaraan “Panama Open” (tempo.co, 5 April 2016). Lionel Massi, sang legenda bola milik Barcelona dan Argentina itu pun harus “mandul” mencetak gol karena namanya tercantum didalam dokumen Panama Papers. Benar-benar kejuaraan “Panama Open” itu telah dibuka keseluruh dunia.
Bagaimana dengan di Indonesia...?
Tempo.co mencatat hampir dua ribu lebih (2.961) perusahaan dan orang Indonesia tersangkut skandal Panama Papers (Rabu,6 April 2016). Bantahan, klarifikasi dan pembelaan dari nama-nama yang biasanya disebut didalam Panama Papers merupakan kebiasaan lama akibat banyaknya kepentingan yang menyelimutinya. Lagi-lagi anak bangsa tidak pernah mau belajar dari peristiwa penting yang terjadi diluar sana. Belum tentu kebenarannya, mereka semua sudah tau diri dengan memundurkan dirinya sendiri.
Di negeri kita yang menganut budaya ketimuran dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberadaban ini masih dengan lagu lama, tidak berubah dan ungkapan serta bahasa klise : “kalau mundur berarti kita salah”, atau dengan kata “saya tidak merasa bersalah”. Bisa juga dengan ungkapan “sak karep mu, emang gua fikirin”. Atau bisa juga “mana buktinya dong...?”.... dan ungkapan-ungkapan sensi lainnya.
Yang pasti adalah “Panama Papers” sebagai bahan untuk mengikuti kejuaraan “Panama Open” telah beredar di masyarakat. Masyarakat memiliki bidang persepsi (perceptual field) sendiri. Panama papers yang menyisir tokoh-tokoh terkenal dan pejabat publik seperti Adiknya Ahok (Fifi Lety Indra) – Banka Pos, 7 April 2016--, Ketua BPK dan Sandiaga Uno, serta nama-nama lain telah membuka secara terang benderang sebagai mana judulnya “Panama Open”.
Panama akhirnya benar-benar membuka diri terhadap seluruh negara yang warganya ada dalam dokumen Panama Papers untuk pendalaman (investigasi) terhadap asal-usul, niatan dan lain-lain yang terkait dengan dokumen Panama Papers.
Siapa Juara “Panama Open”...?
Memilih juara di “Panama Open” bukan lah perkara yang mudah. Listing yang tertera didalam “Panama Papers” ini melibatkan orang-orang berasal dari negeri adidaya dan negeri miskin juga menyetor wakilnya. Ambigu menyelimuti penulis. saya bimbang, kalau yang satu saya pilih sebagai juaranya apa yang lain tidak tersinggung. Atau saya kalahkan mereka, apa mereka juga tidak akan “marah”.
Namun, Bila Panama sudah membuka diri untuk negara-negara lain, mka sepertinya kita harus jawab dulu pertanyaan ini sebelum terjun menjadi offisial ke “Panama Open” yaitu “bagaimana bila para calon investigator/offisial itu juga ada didalam dokumen “panama papers” itu...? Apa tidak sebaiknya dikeluarkan dulu.
Saya sesungguhnya tidak memiliki keberanian untuk menjawabnya. Membayangkannya saja tidak berani. Namun tokoh dinegeri “sekuler” sana saja sudah memberikan contoh yang baik terkait dengan apa yang harus dilakukan. Jadi saya tidak berani memberikan solusi yang baru dan jitu.
Menduga senjata apa yang bisa digunakan untuk memenangkan kejuaraan “Panama Open” itu saja saya tidak memiliki keberanian. Apalagi kalau harus menjawab pertanyaan “Bagaimana juga cara menentukan juaranya”. Karena saya juga bingung terlalu banyak yang harus dimenangkan (jawara) dan tidak sedikit juga yang harus dikalahkan (pecundang). Titipan dengan saya sudah terlalu banyak. Siapa yang harus saya dahulukan untuk memilihnya menjadi juara.
Sedari kecil, saya cuma diajari sebagai lelaki sejati untuk berani mengambil sikap dan tanggung jawab, yaitu “berani berbuat, berani bertanggung jawab”. Semoga mereka-mereka juga adalah “lelaki kecil” yang polos dan lugu yang tidak usah dan tidak perlu mengaku salah, namun cukup saja berani mundur untuk kebaikan anak negeri, karena mereka adalah contoh dari generasi mendatang. Tugas mereka untuk memberikan legacy yang baik untuk generasi penerusnya.
“Panama Open” ini bukan olah raga “tepok bulu” dan “tendang bola” Bung...! namun jiwa olahragawan yang menjunjung tinggi sportivitas itu harus dihadirkan untuk menentukan juaranya. Mereka yang namanya ada dalam Panama Papers ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memilih sendiri apakah harus jadi juara sejati atau malah jadi pecundang.
Menarik untuk ditunggu. Biar bila terjadi “panama open-panama open” yang lain, pembelajarannya yang baik mudah digugu dan ditiru, serta intervensi segera bisa dilaksanakan. Mudah-mudahan “Cuma” saya saja yang “ambigu”...
*Prabumulih, 26 April 2016*
--Fikrijamillubay--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H