Satu hal yang jelas “orang miskin” tidak boleh ikut di Kejuaraan Panama Open atau Panama Terbuka tersebut. Orang-orang miskin seperti mas Yanto Togel yang pemulung jangan berharap ikut Mas... Karena anda pemulung beneran. Mas Gimin yang penarik bas betot yang sering ngamen di Jembatan Ampera dulu juga nggak perlu ikut. Kang bayol yang biasa jual bakso keliling sambil sering kencing dan tidak pernah cuci “anunya” dan tangannya dibawah rumah saya di Kertapati dulu juga ndak usah pernah mikir mau ikut kejuaraan berlabel terbuka itu.
Panama Open alias “Panama terbuka” hanya diperuntukkan bagi orang tertentu dan kaya saja. Kita jadi penonton yang baik sajalah abang-abang, kakang-kakang dan mas serta mbak yu ku. Ndak usah komentar, nanti salah. Wish ojo (sudah, jangan) banyak laku... terus saja membetot bas guitarnya, terus saja jualan bakso keliling dan terus sajalah jadi pemulung yang baik. Insya allah halal semuanya....
Iya... kejuaraan terbuka itu telah dibuka di Panama. Kejuaraan itu penontonnya melibatkan hampir seluruh penduduk di penjuru dunia. Karena hampir seluruh negara menyertakan wakilnya tanpa perlu melalui tahapan seleksi. Bahkan terkesan diikuti dan dilakukan secara diam-diam, sembunyi-sembunyi dan selama bertahun-tahun. Kejuaraan terbuka yang tidak pernah diinginkan terbuka itu tidak sengaja terbuka ke publik yang dianggap tidak perlu tau untuk mengikuti perkembangan kejuaraan terbuka itu.
Pada tanggal 4 April 2016, Kompas.com menulis bahwa "Panama Papers", merupakan dokumen yang terdiri atas 11 juta dokumen internal yang terenkripsi. Ukuran file tersebut mencapai 2,6terabyte (TB). Sebanyak 11 juta dokumen tersebut terdiri atas 4,8 juta e-mail; 3 jutadatabase; 2,1 juta dokumen PDF; 1,1 juta foto; 320.000 dokumen teks; dan 2.000-an file lainnya. Itulah peserta pasti dari Kejuaraan “Panama Open”.
Idealnya sebuah kejuaraan, kejuaraan Panama Open/Panama Terbuka itu juga pastinya akan melahirkan para juara yang akan kita kenang sebagai jawara sejati. Yang akan semakin gemilang “karir”-nya stelah kejuaraan berlangsung. Namun tidak sedikit juga nantinya kita juga bisa melihat dan menjadi saksi bahwa akan lebih banyak orang-orang yang terkapar menjadi pecundang karena kalah di arena kejuaraan terbuka itu.
Kekalahan para pecundang itu telah dimulai beberapa hari setelah dokumen Panama Papers menyeruak dan memakan korban yaitu dimulai dengan mundurnya Sigmundur David dari kursi Perdana Menteri Islandia. Setelah itu, mundurnya salah satu anggota Komite Etik FIFA Juan Fedro Damiani. Kemudian korban “Panama Papers” menyeberang kenegeri jiran Malaysia dengan Shahrol Azral Ibrahim Halmi petinggi 1MDB Malaysia meletakkan jabatannya yang diikuti secara berjamaah oleh petinggi 1MDB lainnya.
Kegemparan kejuaraan “Panama Open” juga nyeberang ke Amerika Latin. Di Brazil, presidennya Dilma Rouseff masih menghadapi ancaman pemakzulan (metrotvnews.com, selasa, 19 April 2016) dan dipaksa mundur dengan demo goyang samba yang terkenal itu. Panama Papers juga menyerang rusia dengan Vladimir Putins yang disinggungnya, dan lain-lain. Pemerintah China bahkan bersusah payah melarang pemberitaan yang terkait dengan “Panama Papers” (republikanews.co.id, rabu 6 April 2016). Padahal di dokumen Panama Papers, tegas menyebut bahwa keluarga Presiden China Xi Jin Ping tercantum sebagai pengemplang pajak dan menjadi “peserta” kejuaraan “Panama Open” (tempo.co, 5 April 2016). Lionel Massi, sang legenda bola milik Barcelona dan Argentina itu pun harus “mandul” mencetak gol karena namanya tercantum didalam dokumen Panama Papers. Benar-benar kejuaraan “Panama Open” itu telah dibuka keseluruh dunia.
Bagaimana dengan di Indonesia...?
Tempo.co mencatat hampir dua ribu lebih (2.961) perusahaan dan orang Indonesia tersangkut skandal Panama Papers (Rabu,6 April 2016). Bantahan, klarifikasi dan pembelaan dari nama-nama yang biasanya disebut didalam Panama Papers merupakan kebiasaan lama akibat banyaknya kepentingan yang menyelimutinya. Lagi-lagi anak bangsa tidak pernah mau belajar dari peristiwa penting yang terjadi diluar sana. Belum tentu kebenarannya, mereka semua sudah tau diri dengan memundurkan dirinya sendiri.
Di negeri kita yang menganut budaya ketimuran dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberadaban ini masih dengan lagu lama, tidak berubah dan ungkapan serta bahasa klise : “kalau mundur berarti kita salah”, atau dengan kata “saya tidak merasa bersalah”. Bisa juga dengan ungkapan “sak karep mu, emang gua fikirin”. Atau bisa juga “mana buktinya dong...?”.... dan ungkapan-ungkapan sensi lainnya.
Yang pasti adalah “Panama Papers” sebagai bahan untuk mengikuti kejuaraan “Panama Open” telah beredar di masyarakat. Masyarakat memiliki bidang persepsi (perceptual field) sendiri. Panama papers yang menyisir tokoh-tokoh terkenal dan pejabat publik seperti Adiknya Ahok (Fifi Lety Indra) – Banka Pos, 7 April 2016--, Ketua BPK dan Sandiaga Uno, serta nama-nama lain telah membuka secara terang benderang sebagai mana judulnya “Panama Open”.