***
Saya dibangunkan teman tepat pukul enam pagi keesokan harinya. Dengan perasaan dongkol ini-hari-minggu-kenapa-harus-bangun-jam-enam-pagi saya bergerak gontai ke tempat lain untuk sarapan pagi. Ternyata, acara setelah sarapan adalah dolphin tour.
Kapal tradisional nelayan berubah fungsi saat akhir pekan. Tetap mencari ikan, hanya saja tidak ditangkap. Mereka mencari ikan Lumba-lumba untuk ditontonkan ke wisatawan sebagai biaya pengganti mereka tidak menangkap ikan. Merujuk informasi yang saya dapat dari dunia maya, saat dolphin tour kadang-kadang diselingi ikan paus yang menampakkan diri.
Kami menumpang perahu nelayan sekali lagi menuju ke lautan lepas. Tentu saja dengan curah ombak yang lebih ganas. Saya berpegangan erat pada kayu perahu. Saya tidak mau terjatuh dan tenggelam di tengah laut. Masih banyak deadline yang menunggu di kantor. Mental karyawan ini masih terbawa hingga samudera.
Sekitar duapuluh menit, perahu sudah sampai ke lokasi. Di sana sudah padat perahu-perahu sejenis berisi wisatawan untuk menonton pertunjukkan lumba-lumba langsung dari habitat aslinya, tanpa harus distempel bagian tangannya. Seperti di Ancol, maksud saya. Nelayan dengan sigap memandu perahu agar lebih dekat dengan lumba-lumba. Sepertinya lumba-lumba di Teluk Kiluan memang sudah tahu dirinya menjadi objek wisata. Mereka terus berloncatan dari dalam laut, mengajak main para perahu dan turis.
Sayang, gumpalan paus tidak terlihat saat itu. Hanya sesosok babi-air-tawar-dengan-brewok-semenjana yang menjelma dalam tubuh Saiqa, teman saya.
Sangat disayangkan sekali, saat dolphin tour ombak terlalu besar, membuat cipratan air laut sering menerpa badan. Air laut bukan kolaborasi yang baik bagi alat elektronik, sehingga untuk dokumentasi hanya diklik kanan lalu save picture di otak masing-masing.
Lepas satu jam dan lumba-lumba sudah tidak muncul lagi, rombongan ini kembali ke Teluk Kiluan. Kali itu, kami diturunkan di Pulau Kelapa. Di sana pasirnya halus dan intensitas ombaknya kecil. Kami bermain air hingga pulau Sumatera. Iya, kami menyebrangi laut selama 45 menit!
Saya rasa saya siap masuk marinir.
***