Pasir pantai yang halus tanpa deru bising motor, air laut yang jernih tanpa bunyi klakson, pohon bakau dan kelapa yang berbaris rapi tanpa jingle 'Susu Murni Nasional', langit biru tanpa lampu merah, penginapan bersahaja dari kayu, dan ikan-ikan kecil yang sembunyi di terumbu karang mempersilakan kami masuk ke dalam rumahnya. Ah, kombinasi yang membuat orgasme! Membuat status saya yang masih karyawan serasa menjadi pemilik perusahaan. Haha.
Bongkar muatan dan saya sudah tidak sabar. Segera saya kenakan peralatan snorkeling dan langsung terjun ke laut! Saya bahagia! Setidaknya di lima menit pertama. Lima menit kedua saya baru sadar, alat yang saya gunakan sudah tidak layak pakai. Tentu menyebabkan air terus saja masuk ke selang untuk bernafas. Mungkin selangnya sudah bocor, harusnya pengurus menggunakan alat snorkeling yang bersayap, agar tidak bocor ke samping.
Belum lagi jaket pelampung yang mungkin kualitasnya rendah. Lima menit saya renang, busa di dalam pelampung turun dan berkumpul di bagian bawah pelampung. Membuat saya terlihat seperti ibu-ibu dengan payudara yang sudah kendor. Kalau tujuan utama kamu ke Kiluan adalah untuk snorkeling, maka kamu akan kecewa. Karena terumbu karang di Kiluan monoton. Tidak ada yang spesial.
Satu hal yang istimewa dari Teluk Kiluan ialah menghadap barat. Sehingga proses matahari berpendar gradasi kuning ke merah saat terbenam ibarat sedang menonton bioskop dengan layar yang dibatasi cakrawala. Nyeh, nulis apaan fik.
Matahari sudah berganti shift dengan bulan. Mengacu pada lirik Jamrud, yang namanya laut angin pasti kencang. Benar! Malam itu angin sangat kencang bertiup. Malam terasa sangat dingin tanpa kau di sampingku, anggur merah. Harusnya saya membawa dua botol anggur merah. Tetapi, semesta berkehendak lain. Saat saya akan membeli anggur merah malam sebelumnya, dua polisi sedang 'dipijit' di warung langganan. Dua botol anggur merah pun hanya tinggal imajinasi.