Mohon tunggu...
Pendidikan

Feast Menyadarkanku Bahwa Musik adalah Senjata yang Berbahaya

17 Desember 2018   14:35 Diperbarui: 17 Desember 2018   17:17 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir di semua keseharian kita tak pernah terlepas dari bunyi bunyian, baik itu bunyi kendaraan bermotor, benda jatuh, langkah kaki, dll.

Menurut Jensen (dalam Pasiak, 2007), pengaruh musik terhadap tubuh antara lain: (1) meningkatkan energi otot, (2) meningkatkan energi molekul, (3) mempengaruhi denyut jantung, (4) mempengaruhi metabolisme, (5) meredakan nyeri dan stress, (6) mempercepat penyembuhan pada pasien pasca operasi, (7) meredakan kelelahan, (8) membantu melepaskan emosi yang tidak nyaman, (9) menstimulasi kreativitas, sensivitas, dan berpikir.

Dari banyak penelitian, bisa disimpulkan bahwa musik sangat memiliki pengaruh pada fisik manusia. Menurut Georgi Lozanov, irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia, terutama gelombang otak dan detak jantung, di samping membangkitkan perasaan dan ingatan. Hal ini menandakan jika musik akan dapat dengan mudah diterima oleh indera manusia.

Mudahnya musik diterima oleh indera manusia inilah yang membuat musik, terlebih musik-musik yang berisi lirik-lirik yang mengkritik, menjadi senjata yang berbahaya. Lagu dan suara adalah senjata yang lebih kuat, karena cara musik bekerja adalah langsung pada emosi kita (Street, 2003)

Musik Sebagai Sarana Alternatif

Dalam bahasa teori gerakan sosial, Eyerman & Jamison dalam Street (2003) memberikan pendekatan kognitif terhadap gerakan sosial. Dunia ini dilihat melalui 'frame', atau yang mereka sukai, yaitu budaya menghasilkan sebuah 'praksis kognitif', yang menyediakan sumber daya untuk memobilisasi gerakan sosial. 

Musik menjadi 'pengetahuan dan tindakan, bagian dari kerangka interpretasi dan representasi yang dihasilkan dalam gerakan sosial'. 

Pemikiran ini, yang menyatukan pengalaman musik (bagaimana dan di mana kita mendengar suara) dan aksi politik, sangat sugestif, menyediakan jembatan teoritis tersirat oleh studi kasus historis tentang hubungan antara musik dan gerakan sosial.

Musik sangat bisa kita jadikan sebagai salah satu sarana alternatif untuk mengkritisi realita sosial. Tentu saja, dengan ramuan musikalitas dan kata-kata yang ciamik pula. Tidak ada ketentuan baku, semua terserah pada musisi.

Seperti apa yang dilakukan oleh .Feast, ketika mengkritik sistem pendidikan maupun realita ekonomi dan masyarakat di Indonesia. Atau bisa juga seperti musisi era orde baru macam Iwan Fals, Bimbo, ataupun Elpamas. 

Mereka menjadi sesuatu yang menjadi perhatian oleh orde karena kritiknya lewat musik-musik yang mereka ciptakan. Semua kembali pada satu kesimpulan bahwa musik mampu menjadi sarana alternatif untuk menyampaikan pendapat, baik berupa kritik maupun saran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun