Mohon tunggu...
Zulfikhar Gumeleng
Zulfikhar Gumeleng Mohon Tunggu... Penulis - Penerus Peradaban

Vox populy vox dey

Selanjutnya

Tutup

Politik

Imperialisme Gaya Baru (Catatan untuk Jokowi-Amin)

21 Oktober 2020   15:20 Diperbarui: 21 Oktober 2020   15:26 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"MENJADI ANJING PENJAGA PARA INVESTOR"


Tidak ada yang lebih khas dalam Zaman Imperialisme selain pergeseran dari tujuan nasional yang dilokalisasi, ke arah usaha meraih kekuasaan demi kekuasaan secara tidak terbatas yang dapat menjelajahi dan membinasakan seluruh bumi tanpa kejelasan negara atau kawasan mana yang dimaksud.

Kambuhnya Imperealisme ini menjadi jelas pula pada tataran ideologi, sebab Teori Domino yang terkenal itu, yang menyebutkan bahwa politik luar negeri Amerika merasa terdorong untuk menjalankan peran dalam suatu negara demi terpeliharanya keutuhan negara-negara lain, jelas merupakan sebuah versi baru dari permainan lama, yang aturan-aturannya memungkinkan,  seluruh negara dijadikan semata-mata batu-loncatan dalam proses perluasan dan penumpukan kekuasaan yang tanpa henti.

Lalu bagaimana perkembangan Imperialisme dalam kontekas demokrasi sekarang? Hal inilah yang menjadi menarik untuk dikritisi, karena Imperialisme yang merupakan produk akhir abad ke-19 ternyata hanya mengganti bajunya dalam memasuki abad modern dengan baju investasi asing, yang kemudian disosialisasikan dengan konsep Globalisasi Pasar.

Dalam literatur Pembangunan Politik, disebutkan bahwa ekspansi-ekspansi sebagai tujuan utama dalam politik merupakan inti dari imperialisme, yang disulut oleh sejenis krisis ekonomi yang ganjil, yakni produksi modal yang berlebihan dan munculnya kelebihan uang hasil dari tabungan yang berlebih, yang tidak dapat lagi menemukan lahan investasi yang produktif di dalam negeri. Karena itu, untuk menghindari terjadinya penumpukan uang di dalam negeri, maka modal di ekspor ke luar yang sekarang lebih dikenal dengan konsep investasi asing.

Perkembangan kemudian menunjukkan kalau pemilik modal (kapitalisme global) merasa khawatir kalau ekspor modalnya tidak aman di negara tujuan, sementara disisi lain tidak mempunyai kemampuan untuk mengawal modalnya sendiri.

Menyadari kondisi rawan seperti itu, maka disadari kalau ekspor modal itu harus diikuti dengan ekspor kekuasaan untuk mengamankan modal. Segera setelah itu mencullah proteksi dalam bentuk ekspor kekuasaan. Artinya ekspansi apa pun yang dilakukan oleh negara-negara Barat ke negara sedang berkembang, pasti dilatar belakangi dengan alasan ekonomi, walaupun realitasnya di lapangan masih ada beberapa kasus yang lebih mendahulukan ekspor kekuasaan.

Untuk membenarkan tesis ini, kita bisa melihat kasus ekspansi Amerika Serikat yang menghancurkan negara Irak. Seperti kita ketahui Irak sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia, sudah lama dibidik oleh Amerika Serikat untuk dikuasai minyaknya. Tetapi karena Irak dipimpin oleh seorang Saddam Husain yang menerapkan manajemen militer dalam mengendalikan kekayaan alamnya, maka Amerika harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan moment yang tepat untuk mengekspansi Irak.

Dengan alasan untuk membebaskan rakyat Irak dan dunia dari senjata kimia (pembunuh massal) yang di duga dimiliki Saddam Husain, maka Amerika Serikat mulai mengekspor kekuasaannya ke Irak. Setelah berhasil melumpuhkan Irak, Amerika Serikat kemudian melakukan ekspor modalnya untuk membangun industri minyak di negara taklukannya Irak.

Dari proses analisa penulis mengenai imperialisme yang bercirikan surplus modal dan surplus angkatan kerja yang selalu di ikuti dengan ekspor kekuasaan, maka ada dua hal menarik yang perlu di kedepankan. Pertama, di negara-negara yang sistem pemerintahannya masih cenderung otoriter, realitas yang mengemuka di publik adalah ekspor kekuasaan dulu harus dilakukan untuk menaklukkan pemerintahan yang otoriter tersebut.

Setelah invansi berhasil, menyusul kemudian adalah mengespor modal untuk membangun mesin uang dalam rangka mewujudkan konsep imperealis uang memperanakkan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun