Mohon tunggu...
Zulfiqar Rapang
Zulfiqar Rapang Mohon Tunggu... Administrasi - Mengabadi dalam literasi

Pemuda ketinggian Rongkong, Tana Masakke. Mahasiswa Ilmu Politik di Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Tae' Kami yang (Hampir) Tergerus Zaman

27 Mei 2016   11:34 Diperbarui: 27 Mei 2016   18:53 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REORIENTASI

Sebagai ahli-waris peradaban, sudah selayaknya kita merasakan kegetiran akan fenomena ini. Sudah semestinya pula, kita mengambil peran dalam menjaga Bahasa Tae, ataupun bahasa-bahasa lokal kita lainnya, sebagai khazanah budaya. Pemerintah pun sebagai regulator, mesti pula mampu mencipta suasana kebudayaan yang lebih baik.

Mengutip Rosvita Dahri, layaknya kartu pengenal, Bahasa Tae' mesti ditempatkan sebagai lambang identitas lokal. Guyub tuturnya mesti dijaga sebagai warisan budaya leluhur untuk mereka, para penerus. Sebagai markah ke-Luwu-an atau kebangsaan, ia mesti diterjemahkan kembali sebagai penyanggah kepribadian diri, kepribadian bangsa, sebagai infrastruktur peradaban.

Bagi saya, layaknya mata air sebagai sumber kehidupan, bahasa daerah adalah mata air kebudayaan. Karena dari sanalah, kita dituturkan akan kekayaan budaya. Dari sanalah kita diajarkan nilai-nilai kearifan lokal.

Mata air adalah, sumber kehidupan. Tanpanya, kita tidak akan bertahan.

Pun, bahasa daerah mata air kebudayaan, yang tanpanya, kita mungkin tersedak zaman, lalu akhirnya tak bernafas. Dan mati. Yah, matinya kebudayaan.

Danggi mi macapa'!.

(*) Oleh Zulfiqar Rapang, Pegiat literasi di Sureq Institut, Palopo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun