Selesai memarkirkan mobilku, aku langsung berjalan dan masuk ke rumah Dita sama seperti sebelum-sebelumnya, aku bisa keluar masuk kerumah itu karna orang tuanya juga sudah mengenalku dengan baik.
Betapa hancurnya hatiku setelah melangkahkan kakiku beberapa langkah, aku melihat Dita sedang duduk begitu rapat dan melihatnya sangat bahagia saat mereka berbincang bersama. Kembali hatiku seperti disayat sayat belati. Sakit teramat sakit..
"Ditaa?" kataku yang masih tidak percaya walaupun sudah melihatnya sendiri.
"Loh, Riko.. Kamu kapan pulang dari Jakarta?
"Dit.. kamu harus jelasin ke aku. Maksud nya ini semua apa?"
"Riko maaf.. aku minta maaf banget sama kamu"
"Cukup Dit, cukupp!! Aku gak mau dengar penjelasan dari kamu. Semua nya udah jelas. Dan aku kecewa banget sama kamu! Aku gak nyangka kamu khianati aku saat aku jauh, aku udah bangun kepercayaan penuh sama kamu Dit, Aku bela-belain pulang dari Jakart buat ketemu sama kamu. Tapi apa? Makasih udah buat aku hancur Dit. Aku pulang"
"Riko.. Riko.. sekali lagi aku minta maaf"
Itulah ucapan terakhir Dita padaku saat aku memutuskan untuk tidak mau mendengar penjelasannya dan pulang membawa rasa hacur yang tak pernah berharap ini semua terjadi. Cinta yang bertepuk sebelah tangan karna harus merantau dan tidak bisa pulang akibat Corona. Aku tidak akan menyalahkaan waktu, keadaan, atau diriku sendiri. Aku harus bisa bangkit dari keterpurukan ini. Aku hanya bisa belajar dari apa yang sudah aku alami.
Akhirnya semua terasa pulih kembali atas semua ketidak pastian selama ini. cukup sekali hal ini terjadi, nanti aku akan hidup lebih baik dari aku yang pernah kamu kenal selama ini. dengan orang-orang baru yang aku kenali. Dengan pengalamanku yang lebih banyak lagi. Dengan pemikiranku yang lebih baik lagi.
Terima kasih untuk senja yang pernah kita habiskan bersama dengan pantai yang membawa segenap ketenangan dan bahagia. Terima kasih untuk semua perhatian dan kebaikan yang kamu berikan,. Semoga perasaan ini tersimpan sebagai bagian dari perbaikan diri ke depan.