"Dita? Kenapa dengan Dita Bu? Dita baik-baik saja kan? Ucapku serius saat menjawab pertanyaan Ibu yang sontak membuatku terkejut. Karena selama LDR ini hubunganku dengan Dita baik-baik saja. Kami juga sering berkomunikasi di waktu luang kami. Namun akhir-akhir ini memang sikap Dita sedikit berbeda. Aku tidak tau apa penyebabnya. Tapi Aku memaklumi hal itu karena jarak dan waktu yang memisahkan kami.
"Jadi bener nih kamu gak tau? Minggu depan Dita kan mau tunangan?"
"Hahaha.. Apaan  sih Bu, jangan bercanda deh. Gak lucu tau"
"Nak, Ibu gak bercanda.. kamu yang ikhlas ya sayang"
Betapa hancurnya hatiku mendengar hal itu. Aku tidak percaya pada Ibuku sendiri, dan memutuskan untuk mencari tau kebenaran nya. Aku menelepon beberapa teman dekat Dita. Dan mereka juga mengatakan hal yang sama seperti yang Ibuku katakan.
Astagaaa.. Duniaku seakan berhenti sekejap, air mataku mengambang di pelupuk mata. Selama ini aku sudah membangun kepercayaanku pada Dita dan saat itu juga semua di hancurkan oleh nya. Aku ingin memaki dan berteriak sekencang-kencangnya. Tapi kepada siapa? Pada diriku sendiri? Pada makhluk laknat jahat yang tidak terlihat yang menyamar bersama angin, menempel di tiap logam? Pada virus itu? Atau pada jarak dan waktu yang memisahkan?
"Ibu, aku ke kamar dulu ya" kataku pada ibu karna aku malu Dia melihatku bersedih.
"Yang sabar ya sayang"
Aku melangkah meninggalkan Ibu dan menuju kamar dengan perasaan yang campur aduk. Rasanya hatiku seperti disayat pisau belati mengingat perbuatan Dita yang setega ini padaku. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Dita besok pagi untuk memastikannya sekali lagi. Aku pun berusaha menenangkan diriku sendiri dan memutuskan untuk tidur dan melupakan masalah ini sebentar.
Matahari yang mulai menampakkan dirinya dan memancarkan sinar panasnya yang menyengat lewat  jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku seolah-olah menyuruhku untuk bersiap menghadapi dunia yang kejam ini.
Aku berangkat mengendarai Mobilku dengan perasaan gelisah, cemas, dan takut. Aku takut bahwa aku mendapat kabar buruk lagi hari ini. Sesampainya dirumah Dita, aku melihat mobil sedan berwarna hitam terparkir di halaman rumahnya. Setauku Dita dan kelurganya yang lain tidak ada yang mempunyai mobil sedan. Aku masih meyakinkan hatiku. Ahh.. mungkin mereka membelinya pada saat aku di Jakarta, dan Dita mungkin lupa memberitahuku.