Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

"Dear Undecided Voters", Simak Kisah Perjuangan Ojol ini

30 Maret 2019   10:38 Diperbarui: 30 Maret 2019   11:03 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ojol/Bangka Pos

Suatu saat saya dapat ojol yang cerita kalau dia pernah kerja sama salah satu anaknya Bakrie. Tapi, karena karirnya begitu-begitu saja, akhirnya dia keluar dan memilih narik ojek online.

Ada satu masa ia juga sempat kerja sebagai operator alat berat di pertambangan.

Orang Semarang dengan logat bicara yang masih kental.Ia cerita tentang masa kejayaannya dulu. Pernah ikut orang Korea, juga orang Amerika. Ya namanya juga tambang kan.

Lalu, saya penasaran dong kok dia malah keluar. Akhirnya kami terlibat perbincangan yang cukup seru.

"Emang gak nyesal keluar?" tanya saya.

"Ya enakan gini sekarang mas, bisa bebas. Dulu saya di tambang bisa dapat 12 juta, terakhir malah 16 juta"

Ia tak cerita kenapa akhirnya pendapatannya turun setelah ikut salah satu anak Bakrie.

Ceritanya meloncat-loncat dan saya hanya mendengarkan saja. Berharap ia berhenti cerita dan lebih konsentrasi mengemudikan motornya.

Saat di putaran Jalan Gatot Subroto, motornya hampir saja diseruduk oleh Supra dan Kijang yang kaget karena kami memotong jalan tiba-tiba.

Setelah berputar, barulah ia mengambil bahu kiri, melambatkan kecepatan, dan memulai kisahnya.

Apa daya, saya pun setia mendengarkan sambil sesekali menahan nafas karena bau mulut tak sedap tercium semriwing hahahaha...

Meski kampung halamannya dekat, ia ternyata punya tekad kuat untuk membeli sebuah rumah.

"Kalau enggak kerja di tambang, mana mungkin saya punya rumah mas."

"Dua-duanya untuk anak saya. Yang di komplek untuk kakaknya dan yang di perkampungan biar buat adiknya aja sekalian saya tempati"

"Wah hebat banget mas, apa jangan jangan istrinya dua ya?" Gurau saya.

Jujur saya merasa takjub sama perjuangan babang gojek ini. Merantau ke Jakarta sampai bisa punya dua rumah.

"Namanya orang Jawa mas, kalau punya tekad bulat udah pasti dikejar. Bayangin aja mas, dulu saya pulang kampung itu cuma setahun sekali, itupun pas Lebaran aja."

"Kedua anak saya masih kecil-kecil mas, gak mungkin lah punya dua.. haha" timpalnya.

Setelah terbeli satu rumah, kemudian ia menikah dan memiliki anak.

Istrinya tak betah di rumah akhirnya diberi modal untuk jualan sayur mayur.

Saat sudah punya anak, mereka mengajak sanak familinya di kampung. Supaya ada yang bisa menjaga anaknya saat istrinya belanja ke pasar.

"Saya cuma punya motor mas. Makanya istri tak ajari motor supaya bisa belanja sendiri"

"Emang gaji di Bakrie gak cukup mas?" Timpal saya.

"Susah mas, saya gak bebas kalau di sana. Mas itung aja, sekarang dalam sehari kalau rajin bisa dapat 400 ribu. Tinggal dikalikan aja 21 hari."

"Saya gak bisa narik tiap hari. Pokoknya ada satu hari buat istirahat total mas, supaya gak capek banget."

"Tapi, kepengen juga sih mas saya kerja lagi. Badan udah pegel banget mas, gak kaya dulu lagi. Ya sekarang udah ngerasain capeknya narik, baru pengen kerja lagi kayak dulu"

"Sementara cari-cari, saya ngojek aja. Saya punya 3 aplikasi, gojek, grab, dan anterin. Tapi, kalau saya sih lebih enak gojek aja. Uangnya juga bisa langsung diambil."

"Kemarin saya daftar grab, mana pendaftarannya bayar 200k lagi, tapi cuma dapet helm aja"

"Ada app baru mas, mobi atau mobo gitu saya lupa. Kemarin udah tes dan tinggal nunggu launching aja mas. Punya Indonesia juga katanya, sama kayak Gojek. Jadi, nanti saya nyalain empat-empatnya tinggal ambil aja mana yang duluan nyala"

Atap Stasiun Palmerah akhirnya terlihat. Beberapa motor memotong jalan agar bisa terhindar macet.

"Hebat banget mas kisahnya. Semoga cicilan rumahnya cepat lunas ya mas"

"Iya mas, makasih, tinggal 4 tahun lagi nih."

Di dalam kereta saya masih memikirkan percakapan tadi. Orang yang pernah mendapatkan gaji lebih dari 10 juta saja masih tetap bisa bertahan hanya dengan narik ojol. Tentu kondisi tersebut juga didukung dengan iklim dalam negeri yang baik. Apalagi beberapa startup mendapatkan dukungan langsung dari pemerintah.

Pemerintah juga tidak berdiam diri dengan perkembangan teknologi. Satelit Palapa telah mengorbit di atas langit Papua. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah punya visi yang jelas dalam membangun ekonomi berbasis teknologi.  

Maka, agak ironis juga ketika ada gembar-gembor biaya sembako naik, utang Indonesia naik, susah dapat pekerjaan. Nyatanya, jika ada usaha, justru orang-orang seperti babang ojol ini membuktikan bahwa apa yang dinarasikan tidak semuanya benar.

Cerita Ini menjadi sekelumit bukti bagi para swing voters ataupun undecided voters bahwa pemerintah Jokowi memiliki kebijakan dan program yang jelas untuk membangun kesejahteraan dan membangun manusianya.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan baik langsung maupun secara tidak langsung mendukung iklim ekonomi yang sehat dan lebih baik lagi. 

Kita tak pernah menduga kan jika penghasilan ojol sebenarnya bisa melebihi dua digit. Namun, itulah yang terjadi. Asal bekerja extra mile, apapun bisa dilakukan.

Jokowi juga sedang melakukan kerja extra mile dengan membangun infrastruktur di beberapa daerah tidak hanya terkonsentrasi di Jawa saja. Papua, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa daerah diproyeksikan menjadi destinasi wisata baru sehingga rakyat bisa merasakan kesejahteraan sosial yang adil dan makmur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun