Secara tidak kita sadari ternyata ada banyak kemiripan tradisi Lebaran umat Islam dalam rangka menyambut kemenangan dengan tradisi masyarakat Tionghoa ketika merayakan Imlek.
Beberapa tradisi Lebaran ini pun masih dijalankan dan tak lekang dimakan zaman meskipun kemajuan teknologi yang begitu pesat. Ada juga sih beberapa tradisi Lebaran yang sudah tidak kita lakukan misalnya dengan mengirimkan kartu ucapan Lebaran karena sekarang sudah tergantikan dengan media sosial maupun aplikasi percakapan daring.
Namun demikian, beberapa tradisi Lebaran ini menjadi simbol kebersamaan dan menjadi simbol bahwa negara ini dibangun dengan nilai-nilai luhur yang menjunjung kebersamaan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
Baca Kebiasaan Ayah Memberikan Hadiah Pada Saat Lebaran
Membersihkan Rumah
Tradisi Lebaran pertama yang sama dengan tradisi masyarakat Tionghoa saat menyambut Imlek adalah tradisi membersihkan rumah. Dalam tradisi masyarakat Tionghoa dikenal dengan tradisi membersihkan rumah dari debu (shau chen).Â
Tradisi membersihkan rumah bagi masyarakat Tionghoa amat penting. Filosofinya adalah membersihkan segala keburukan pada masa lampau dan menyambut tahun baru yang lebih baik lagi.
Dengan membersihkan rumah, mengecat rumah salah satu simbol kembali fitri. Selain memiliki makna simbolis, membersihkan rumah juga membawa manfaat lain. Membuat semangat baru dengan suasana rumah yang baru meskipun hanya dengan cat baru.
Kupatan
Saat saya ke Semarang mengunjungi Rumah Makan Semarang. Pemiliknya Jongkie Tio yang juga pendongeng peranakan Tionghoa menceritakan bahwa tradisi kupatan yang sudah dilakukan sejak zaman Walisongo turut juga diikuti oleh warga Tionghoa.
Salah satunya dengan menghidangkan lontong cap go meh. Kuliner khas pada saat Imlek ini juga menggunakan lauk opor ayam. Bedanya dalam tradisi Lebaran biasanya selain ada opor ayam juga disajikan pula sambal goreng ati dan juga makanan paling enak sedunia, rendang.
Sedianya kupatan memang dilakukan pada saat hari Raya. Namun persiapannya sudah dilakukan beberapa hari sebelum Lebaran. Berbeda dengan tradisi kupatan masyarakat Tionghoa yang dilakukan tujuh hari setelah perayaan Imlek.
Baca 5 Ciri Orang yang Merindukan Bulan Ramadhan
Saling Mengirimkan Makanan
Beririsan dengan tradisi kupatan, makanan yang disajikan di rumah pun sedianya dikirimkan pada tetangga dan kerabat dekat. Dalam tradisi Tionghoa juga dikenal dengan tradisi saling mengunjungi keluarga dengan membawa makanan untuk membahagiakan orang lain.
Dalam tradisi Lebaran umat Islam memang tradisi mengirimkan makanan ini bisa dilakukan sebelum Lebaran atau pada saat setelah melaksanakan salat Idulfitri.
Anak-anak mengunjungi rumah orang tua dan meminta maaf. Atau keluarga yang lebih muda mengunjungi keluarga yang lebih tua sebagai salah satu simbol penghormatan.
Kunjungan tersebut kadang-kadang juga dilakukan dengan membawa buah tangan berupa makanan siap saji maupun makanan kaleng lengkap beserta dengan sirupnya.
Baca Cerita Mudik 12 Jam Perjalanan dari Tangsel ke Bandung
Mudik
Tradisi mudik menjadi salah satu yang paling ditunggu. Mudik ternyata juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Mereka bisanya melakukan mudik sebelum Imlek atau setelahnya dengan mengunjungi keluarga atau orang tua. Bahkan ada juga yang masih konsisten mengunjungi para leluhurnya meskipun harus melintasi laut menyeberangi pulau.
Pemerintah pun berusaha untuk memfasilitasi masyarakat untuk bisa mudik dengan aman dan nyaman. Mudik bukan hanya milik umat Islam namun sudah jadi tradisi bangsa ini sebagai salah satu bukti syukur dan menumpahkan rasa kangen pada kampung halaman tercinta.
Baca Jangan Memberikan Salam Tempel Lebaran karena Gengsi Semata!
Angpao
Meskipun tradisi ini memang tidak ada dalam tradisi Lebaran umat Islam, namun tradisi salam tempel atau angpao ini bukan tradisi yang asing di tengah-tengah masyarakat Tionghoa.
Dalam kebiasaan masyarakat Tionghoa tradisi memberikan angpao kepada kerabat atau keluarga yang belum menikah bermakna memberikan atau mentransfer energi serta menularkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Angpao biasanya diberikan dalam amplop berwarna merah sebagai simbol untuk mengusir setan.
Selain itu mereka juga diajarkan untuk terbiasa menabung demi mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Maknanya dalam tradisi Lebaran tidak jauh berbeda karena punya tujuan sama-sama membahagiakan orang lain terutama anak-anak yang sudah berhasil menjalankan puasa sebulan penuh. Kerja keras mereka dan perjuangan mereka menahan lapar dan dahaga patut diapresiasi.
Pergeseran yang terjadi lumrah karena dipengaruhi oleh tradisi, pemikiran dan pendidikan dari keluarga masing-masing. Namun, secara umum tradisi angpao bukan tradisi menghamburkan uang, bukan tradisi mendidik anak jadi bermental seperti pengemis atau ajang untuk gaya-gayaan membuktikan siapa yang paling kaya dan berkuasa.
*dari berbagai sumber
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI