Tradisi mudik menjadi salah satu yang paling ditunggu. Mudik ternyata juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Mereka bisanya melakukan mudik sebelum Imlek atau setelahnya dengan mengunjungi keluarga atau orang tua. Bahkan ada juga yang masih konsisten mengunjungi para leluhurnya meskipun harus melintasi laut menyeberangi pulau.
Pemerintah pun berusaha untuk memfasilitasi masyarakat untuk bisa mudik dengan aman dan nyaman. Mudik bukan hanya milik umat Islam namun sudah jadi tradisi bangsa ini sebagai salah satu bukti syukur dan menumpahkan rasa kangen pada kampung halaman tercinta.
Baca Jangan Memberikan Salam Tempel Lebaran karena Gengsi Semata!
Angpao
Meskipun tradisi ini memang tidak ada dalam tradisi Lebaran umat Islam, namun tradisi salam tempel atau angpao ini bukan tradisi yang asing di tengah-tengah masyarakat Tionghoa.
Dalam kebiasaan masyarakat Tionghoa tradisi memberikan angpao kepada kerabat atau keluarga yang belum menikah bermakna memberikan atau mentransfer energi serta menularkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Angpao biasanya diberikan dalam amplop berwarna merah sebagai simbol untuk mengusir setan.
Selain itu mereka juga diajarkan untuk terbiasa menabung demi mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Maknanya dalam tradisi Lebaran tidak jauh berbeda karena punya tujuan sama-sama membahagiakan orang lain terutama anak-anak yang sudah berhasil menjalankan puasa sebulan penuh. Kerja keras mereka dan perjuangan mereka menahan lapar dan dahaga patut diapresiasi.
Pergeseran yang terjadi lumrah karena dipengaruhi oleh tradisi, pemikiran dan pendidikan dari keluarga masing-masing. Namun, secara umum tradisi angpao bukan tradisi menghamburkan uang, bukan tradisi mendidik anak jadi bermental seperti pengemis atau ajang untuk gaya-gayaan membuktikan siapa yang paling kaya dan berkuasa.