Mereka sudah ketinggalan kereta. Dua orang penumpang seorang bapak dan anak perempuannya. Si Bapak cerita sengaja membeli tiket kereta dari Bandung ke Yogyakarata karena sudah kehabisan tidak mendapatkan tiket kereta dari Jakarta. Dengan menggunakan travel itulah ia berharap bisa mengejar jadwal kereta ke Jogja yang berangkat dari Bandung.
Saat itu juga kondisi saya sudah galau. Antara ingin pulang sama penasaran ingin melanjutkan perjalanan. Pasti penasaran kan kalau ada kemacetan itu apa sebenarnya penyebabnya.
Setelah mobil travel mau memasuki daerah Cikunir, salah seorang penumpang ibu-ibu minta berhenti sesaat karena sudah tak tahan ingin buang air kecil. Untung kami sekeluarga tidak kebelet ingin pipis.
Baca "Sahur on The Road" Berujung Tawuran, Siapa yang Diuntungkan?
Tapi, kedua anak saya sudah mulai rewel karena bosan selama 6 jam menunggu di kendaraan. Apalagi persediaan camilan sudah mulai menipis. Untunglah stok air minum masih cukup banyak.
Karena si sulung terlihat sudah kelaparan, mau tak mau saya terpaksa membeli mi instan seduh. Padahal saat itu saya lagi ketat memberikan mi instan. Untung pedagangnya tidak aji mumpung. Satu cup mi instan dijual Rp 10 ribu. Cukup rasional dalam kondisi yang sudah kelelahan.
Mobil travel benar-benar maju perlahan. Si sopir berusaha untuk bisa menyalip dari bahu jalan. Karena tidak ada pilihan. Semua jalur saat itu benar-benar padat, terkunci, dan tidak ada pilihan untuk putar balik. Jalan keluarnya hanya terus melaju dan keluar di gate paling terdekat.
Perjuangan ternyata belum selesai. Kemacetan dari Bekasi baru terurai setelah km 57.
Mau tahu enggak apa penyebab kemacetannya?
Jadi, banyak mobil-mobil yang sembarangan parkir di bahu jalan di sekitar Rest Area terutama di Rest Area 57. Seharusnya saat itu rest area sudah harus ditutup dan tidak boleh menerima kendaran lagi. Akhirnya karena berebut mau masuk rest area, menutup hampir 2 jalur jalan bebas hambatan yang seharusnya lancar.