Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Ketapels Duo Kartini] Jalan Sunyi Duo Kartini Asal Tangsel

21 April 2016   23:22 Diperbarui: 21 April 2016   23:46 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Suasana santai member Ketapels bersama narsum dok.pri"]

[/caption]Tak berbeda dengan Riris yang harus merogoh kocek sendiri dan bisa dibilang belum untung. Yuli Supriati pun demikian. Peraih penghargaan perempuan inspiratif Nova 2015 kategori kesehatan ini pun merasa terpanggil untuk menjadi salah satu relawan DKR (Dewan Kesehatan Rakyat). Apa sih tugas dan fungsi DKR. Salah satunya adalah melakukan advokasi kepada pasien-pasien BPJS yang belum mendapatkan informasi cukup ketika berobat ke Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan yang dipilih.

Ponsel Yuli kini standby 24 jam untuk membantu siapapu pasien BPJS yang membutuhkan bantuannya. Yuli lah yang berjuang mati-matian agar pasien BPJS mendapatkan hak-haknya meskipun Yuli tak dibayar. Murni semua dilakukan karena panggilan hati. Yuli merasa pilu ketika banyak pasein BPJS yang sulit mendapatkan hak-haknya di Rumah Sakit bahkan terkadang "dikibulin".

Yuli menilai bahwa masih banyak sekali problem di lapangan yang belum terselesaikan tentang BPJS. Itulah yang menjadi landasan mengapa DKR menolak kerasn kenaikan tarif iuran BPJS. Perjuangan DKR hanya bisa memperjuangkan anggota kelas 3. Sedangkan kelas 2 dan 1 tetap mengalami kenaikan iuran BPJS.

Miris dan selalu ingin mengurut dada ketika Yuli bercerita tentang pasein-pasiennya yang ditangani olehnya. Tak heran kini Yuli pun sudah dikenal oleh hampir seluruh Rumah Sakit di Tangerang dan Tangerang Selatan. Yuli tak segan-segan berdebat dengan perawat hingga dokter. Bahkan direktur Rumah Sakit pun Yuli datangi demi memperjuangkan hak pasein BPJS.

[caption caption="Duo Kartini dari Tangsel dok.pri"]

[/caption]Yuli menyadari bahwa ada ketidakadilan antara anggota BPJS baru dengan mantan anggota ASKES yang kini telah beralih semua menjadi BPJS. Pasalnya beberapa TNI/POLRI/PNS yang telah bertahun-tahun gajinya dipotong untuk ASKES kini kelasnya harus disamakan dengan BPJS. Udah kebayang belum sakitnya seperti apa?

Wajar jika Rumah Sakit terkesan jual mahal jika ada pasein yang datang bermodalkan kartu BPJS. Begitu juga dengan apa yang saya alami di salah satu RS pinggir rel kereta di BSD. Alih-alih bisa menggunakan BPJS, saya malah jajan sampai 400 ribu karena mampir ke UGD. Beneran sakitnya tuh disini deh (nunjuk ulu hati paling dalem). Jadi apa gunanya saya bayar iuran tapi tetap dikutip biaya juga? Aneh kan BPJS ini. Atau mungkin RSnya yang memanfaatkan ketidaktahuan pasein.

Yuli mengungkapkan dari lima elemen yang ada, ternyata masih banyak kelemahan. Lima elemen tersebut yaitu,

1.BPJS

2. PEMDA, Dinas Kesehatan

3. RS (Dokter)

4. Pengawas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun