[caption caption="Suasana santai member Ketapels bersama narsum dok.pri"]
Ponsel Yuli kini standby 24 jam untuk membantu siapapu pasien BPJS yang membutuhkan bantuannya. Yuli lah yang berjuang mati-matian agar pasien BPJS mendapatkan hak-haknya meskipun Yuli tak dibayar. Murni semua dilakukan karena panggilan hati. Yuli merasa pilu ketika banyak pasein BPJS yang sulit mendapatkan hak-haknya di Rumah Sakit bahkan terkadang "dikibulin".
Yuli menilai bahwa masih banyak sekali problem di lapangan yang belum terselesaikan tentang BPJS. Itulah yang menjadi landasan mengapa DKR menolak kerasn kenaikan tarif iuran BPJS. Perjuangan DKR hanya bisa memperjuangkan anggota kelas 3. Sedangkan kelas 2 dan 1 tetap mengalami kenaikan iuran BPJS.
Miris dan selalu ingin mengurut dada ketika Yuli bercerita tentang pasein-pasiennya yang ditangani olehnya. Tak heran kini Yuli pun sudah dikenal oleh hampir seluruh Rumah Sakit di Tangerang dan Tangerang Selatan. Yuli tak segan-segan berdebat dengan perawat hingga dokter. Bahkan direktur Rumah Sakit pun Yuli datangi demi memperjuangkan hak pasein BPJS.
[caption caption="Duo Kartini dari Tangsel dok.pri"]
Wajar jika Rumah Sakit terkesan jual mahal jika ada pasein yang datang bermodalkan kartu BPJS. Begitu juga dengan apa yang saya alami di salah satu RS pinggir rel kereta di BSD. Alih-alih bisa menggunakan BPJS, saya malah jajan sampai 400 ribu karena mampir ke UGD. Beneran sakitnya tuh disini deh (nunjuk ulu hati paling dalem). Jadi apa gunanya saya bayar iuran tapi tetap dikutip biaya juga? Aneh kan BPJS ini. Atau mungkin RSnya yang memanfaatkan ketidaktahuan pasein.
Yuli mengungkapkan dari lima elemen yang ada, ternyata masih banyak kelemahan. Lima elemen tersebut yaitu,
1.BPJS
2. PEMDA, Dinas Kesehatan
3. RS (Dokter)
4. Pengawas