Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Strategi Agar Si Kecil Rajin Cuci Tangan dan Gosok Gigi

25 Desember 2014   06:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="sikecil sedang mencuci tangannya (dokpri)"][/caption] Penggalan komik dbawah ini adalah keseharian seorang Pandji Pragiwaksono dengan anaknya Jamie. Keseharian tersebut dia deskiripsikan dalam sebuah komik yang di publish setiap hari Rabu di blognya KolamKomik. Menarik dan menggelitik. Seorang ayah berinteraksi dengan anaknya dengan berbagai gaya. [caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="sumber https://kolamkomik.wordpress.com"]

mandi
mandi
[/caption] Komik diatas menjadi menarik karena ibu Jamie tidak bisa membujuk bahkan menyuruh anaknya mandi. Namun, dengan gaya cool seorang ayah yang bertingkah seolah-olah sebagai superhero, dengan mudahnya membuat Jamie menuruti keinginan sang ayah untuk segera mandi. Komunikasi orang tua kerap kali salah dan bahkan tidak memahami isi hati anak-anak. Padahal jika diamati dan ditelusuri lebih dalam lagi, orang tua hanya cukup berperilaku sebagai seorang teman bagi anaknya. Orang tua kadang lupa bahwa anaknya itu bukan orang dewasa yang cukup diberikan perintah kemudian menuruti dan memahami apa yang orang tua inginkan. Tidak, tidak begitu. Kerap kali justru malah orang tua menjadi bertengkar dengan anaknya karena sang anak tidak mau menuruti perkataan orang tuanya. Padahal cara penyampaian orang tualah yang mungkin kurang tepat atau tidak bisa diterima dengan lapang dada oleh sang anak.

Gemar Cuci Tangan Menggunakan Sabun

Dari contoh kejadian diatas saya memiliki pengalaman sederhana yang menjadikan anak saya tidak sulit untuk diminta mencuci tangannya sendiri baik sebelum makan maupun sesudah makan. Awalnya tentu saja saya juga mengalami kesulitan ketika menyuruhnya mencuci tangan. Belum lagi diusianya yang kini menginjak 4 tahun mulai suka bermain-main dengan tangannya yang dimasukkan ke mulut. Walhasil ia pun pernah terserang diare. Saat diare itulah saya menjelaskan kepadanya mengapa ia sampai terserang diare. Hampir semalaman suntuk saya harus menggantikan celananya karena berkali-kali mencret. Jika sudah begitu sedih rasanya karena anak saya terlihat lesu dan hanya bisa berbaring saja di kasur. Nafsu makan kurang dan berat badannya menjadi turun. Untunglah pada akhirnya bisa diobati dengan baik hingga akhirnya ia bisa sehat dan sembuh kembali.

Anak saya kebetulan suka sekali dengan iklan lifeboy changing color. Disitu dikisahkan ada seorang anak yang tangannya berubah menjadi hijau dan mampu memberantas kuman-kuman di tangannya. Asosiasi tersebut mengingatkan saya pada cerita Pandji dengan sosok superheronya yang kerap digunakan untuk menyuruh anaknya mandi. Superhero memang lebih mudah berkomunikasi dengan anak-anak hehehe.

Gara-gara iklan itulah anak saya kemudian merasa perlu untuk tidak melewatkan penayangannya setiap kali jeda iklan tersebut muncul. Biasanya saat jeda iklan adalah masa screening acara menarik di stasiun teve lain. Namun jika iklan lifeboy versi Hulk ini muncul, anak saya pasti berteriak untuk tidak memindahkan channel. Sejurus kemudian dia memperagakan cara membasmi kuman-kuman ditangan dengan gaya silatnya.

Efek dari iklan tersebut awalnya tidak terlalu saya hiraukan. Pada awalnya, bagi saya iklan tersebut terlalu lebay. Mana mungkin dengan hanya cuci tangan seorang anak bisa berubah menjadi super hero yang langsung memiliki kekuatan besar gara-gara mencuci tangan. Yah namanya juga iklan. Sebagai orang tua, saya saat itu tidak memahami makna dibalik iklan tersebut. Hingga suatu saat ketika kami berbelanja di pasar swalayan, anak saya sekonyong-konyong meminta dibelikan cairan pencuci tangan versi lifeboy changing color.

"Waduh mahal juga euy" pikir saya. Malahan istri saya sempat merayu dan membujuk anak saya untuk membeli lifeboy yang lebih murah demi menghemat anggaran belaja. Namun, anak saya bersikeras untuk membelinya. Kemudian saya mengiyakannya daripada kami jadi berantem di supermarket hanya gara-gara sabun cuci tangan hahaha.

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="cuci tangan pakai sabun (dokpri)"]

cuci tangan pakai sabun (dokpri)
cuci tangan pakai sabun (dokpri)
[/caption]

Anak saya terliat sangat excited sekali mendapatkannya seperti baru mendapatkan sebuah mainan baru. Setibanya di rumah tak perlu disuruh ia langsung segere mencoba sabun cuci tangan tersebut untuk pertama kalinya. Ia mencobanya hingga beberapa kali, lamaa sekali ia mencuci jemari-jemari kecilnya. Kemudian saya mengajarkannya untuk mencuci tangan yang benar seperti mencuci sela-sela jari yang kerap terlupakan.

Setelah ia mencuci tangannya kemudian ia beraksi bak superhero yang sedang membasmi kejahatan. Kami hanya tertawa terpingkal-pingkal melihat polah tingkah anak kami yang baru duduk di bangku TK Kecil tersebut.

Dari situlah saya baru menyadari bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh iklan tersebut tidak selamanya mengandung pesan komersial semata, namun juga memberikam stimulus bagi anak-anak untuk mau dan rajin mencuci tangan. Wal hasil kini anak saya tidak perlu disuruh dua kali untuk mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. Ia akan dengan senang hati langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya hingga bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun