[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="sikecil sedang mencuci tangannya (dokpri)"][/caption] Penggalan komik dbawah ini adalah keseharian seorang Pandji Pragiwaksono dengan anaknya Jamie. Keseharian tersebut dia deskiripsikan dalam sebuah komik yang di publish setiap hari Rabu di blognya KolamKomik. Menarik dan menggelitik. Seorang ayah berinteraksi dengan anaknya dengan berbagai gaya. [caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="sumber https://kolamkomik.wordpress.com"]
[/caption] Komik diatas menjadi menarik karena ibu Jamie tidak bisa membujuk bahkan menyuruh anaknya mandi. Namun, dengan gaya
cool seorang ayah yang bertingkah seolah-olah sebagai superhero, dengan mudahnya membuat Jamie menuruti keinginan sang ayah untuk segera mandi. Komunikasi orang tua kerap kali salah dan bahkan tidak memahami isi hati anak-anak. Padahal jika diamati dan ditelusuri lebih dalam lagi, orang tua hanya cukup berperilaku sebagai seorang teman bagi anaknya. Orang tua kadang lupa bahwa anaknya itu bukan orang dewasa yang cukup diberikan perintah kemudian menuruti dan memahami apa yang orang tua inginkan. Tidak, tidak begitu. Kerap kali justru malah orang tua menjadi bertengkar dengan anaknya karena sang anak tidak mau menuruti perkataan orang tuanya. Padahal cara penyampaian orang tualah yang mungkin kurang tepat atau tidak bisa diterima dengan lapang dada oleh sang anak.
Gemar Cuci Tangan Menggunakan Sabun
Dari contoh kejadian diatas saya memiliki pengalaman sederhana yang menjadikan anak saya tidak sulit untuk diminta mencuci tangannya sendiri baik sebelum makan maupun sesudah makan. Awalnya tentu saja saya juga mengalami kesulitan ketika menyuruhnya mencuci tangan. Belum lagi diusianya yang kini menginjak 4 tahun mulai suka bermain-main dengan tangannya yang dimasukkan ke mulut. Walhasil ia pun pernah terserang diare. Saat diare itulah saya menjelaskan kepadanya mengapa ia sampai terserang diare. Hampir semalaman suntuk saya harus menggantikan celananya karena berkali-kali mencret. Jika sudah begitu sedih rasanya karena anak saya terlihat lesu dan hanya bisa berbaring saja di kasur. Nafsu makan kurang dan berat badannya menjadi turun. Untunglah pada akhirnya bisa diobati dengan baik hingga akhirnya ia bisa sehat dan sembuh kembali.
Anak saya kebetulan suka sekali dengan iklan lifeboy changing color. Disitu dikisahkan ada seorang anak yang tangannya berubah menjadi hijau dan mampu memberantas kuman-kuman di tangannya. Asosiasi tersebut mengingatkan saya pada cerita Pandji dengan sosok superheronya yang kerap digunakan untuk menyuruh anaknya mandi. Superhero memang lebih mudah berkomunikasi dengan anak-anak hehehe.
Gara-gara iklan itulah anak saya kemudian merasa perlu untuk tidak melewatkan penayangannya setiap kali jeda iklan tersebut muncul. Biasanya saat jeda iklan adalah masa screening acara menarik di stasiun teve lain. Namun jika iklan lifeboy versi Hulk ini muncul, anak saya pasti berteriak untuk tidak memindahkan channel. Sejurus kemudian dia memperagakan cara membasmi kuman-kuman ditangan dengan gaya silatnya.
Efek dari iklan tersebut awalnya tidak terlalu saya hiraukan. Pada awalnya, bagi saya iklan tersebut terlalu lebay. Mana mungkin dengan hanya cuci tangan seorang anak bisa berubah menjadi super hero yang langsung memiliki kekuatan besar gara-gara mencuci tangan. Yah namanya juga iklan. Sebagai orang tua, saya saat itu tidak memahami makna dibalik iklan tersebut. Hingga suatu saat ketika kami berbelanja di pasar swalayan, anak saya sekonyong-konyong meminta dibelikan cairan pencuci tangan versi lifeboy changing color.
"Waduh mahal juga euy" pikir saya. Malahan istri saya sempat merayu dan membujuk anak saya untuk membeli lifeboy yang lebih murah demi menghemat anggaran belaja. Namun, anak saya bersikeras untuk membelinya. Kemudian saya mengiyakannya daripada kami jadi berantem di supermarket hanya gara-gara sabun cuci tangan hahaha.
[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="cuci tangan pakai sabun (dokpri)"]
cuci tangan pakai sabun (dokpri)
[/caption]
Anak saya terliat sangat excited sekali mendapatkannya seperti baru mendapatkan sebuah mainan baru. Setibanya di rumah tak perlu disuruh ia langsung segere mencoba sabun cuci tangan tersebut untuk pertama kalinya. Ia mencobanya hingga beberapa kali, lamaa sekali ia mencuci jemari-jemari kecilnya. Kemudian saya mengajarkannya untuk mencuci tangan yang benar seperti mencuci sela-sela jari yang kerap terlupakan.
Setelah ia mencuci tangannya kemudian ia beraksi bak superhero yang sedang membasmi kejahatan. Kami hanya tertawa terpingkal-pingkal melihat polah tingkah anak kami yang baru duduk di bangku TK Kecil tersebut.
Dari situlah saya baru menyadari bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh iklan tersebut tidak selamanya mengandung pesan komersial semata, namun juga memberikam stimulus bagi anak-anak untuk mau dan rajin mencuci tangan. Wal hasil kini anak saya tidak perlu disuruh dua kali untuk mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. Ia akan dengan senang hati langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya hingga bersih.
[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="cuci tangan pakai sabun (dokpri)"]
[/caption] Dan sabun khususnya itu  hanya bisa digunakan olehnya seorang. Sementara kami harus menggunakan sabun pencuci tangan yang lain hahahaha. Tetapi jika kakak sepupunya datang ia akan senang hati memamerkan alat ajaibnya itu. Kemudian barulah mereka mencuci tangan bersama sebelum dan sesudah makan. Harga mahal bukan lagi menjadi masalah jika manfaat yang diberikan lebih besar. Karena toh menjaga kesehatan itu lebih utama daripada harus mengobati. Bagi saya, iklan sudah saatnya bermuatan edukatif sehingga mampu merangsang anak-anak untuk berpikir kreatif dan kritis. Iklan yang bermanfaat tentu akan memberikan dorongan untuk melakukan kebaikan salah satunya mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas terutama sebelum dan sesudah makan. Dengan begitu akan semakin banyak anak-anak Indonesia yang gemar mencuci tangan dan menerapkan pola hidup sehat.
Gemar Gosok Gigi [caption id="" align="aligncenter" width="287" caption="buku cerita favorit sebelum tidur buat sikecil (dokpri)"]
buku cerita favorit sebelum tidur buat sikecil (dokpri)
[/caption] Selain mengajarkan pola hidup sehat dengan cuci tangan, kami sebagai orang tua juga mengajarkan anak kami untuk gemar gosok gigi. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan melalui buku cerita fabel. Dengan karakter lucu binatang inilah saya lebih mudah memasukkan pesan-pesan penting yang harus diketahui oleh anak saya salah satunya agar mau rajin sikat gigi. Sama halnya pada pada permulaan, anak saya susah sekali jika harus disuruh sikat gigi. Kadang meskipun sudah dipaksa pun susahnya minta ampun. Akhirnya pertolongan itu datang melalui sebuah cerita tentang Lala dan Lili, ulat yang hidup didalam mulut Chika didalam buku cerita "
Fabel Islami dan 20 Cerita Penuh Hikmah Lainnya" yang diterbitkan oleh DAR! MIZAN karangan Anisa Widiyarti. [caption id="" align="aligncenter" width="287" caption="cerita ulat gigi (dokpri)"]
cerita ulat gigi (dokpri)
[/caption] Secara singkat cerita tersebut mengisahkan Chika yang tidak mau gosok gigi sebelum tidur. Akhirnya karena masih ada sisa makanan di mulutnya kemudian ulat Lala dan Lili yang menghabiskan sisa makanan, berpesta di mulut Chika. Gara-gara ulat gigi tersebut akhirnya Chika merasakan sakit gigi. Untunglah Chika segera sadar dan mau sikat gigi berkat dorongan ibunya. Akhinrya Lala dan Lili mengungsi meninggalkan mulut Chika karena disana sudah tidak ada lagi sisa makanan. Dari cerita tersebut yaa terkadang saya bikin heboh lah, supaya anak saya tertarik. Bahkan pesan-pesanya pun kerapa kali saya tambahkan. Ya misalnya ketika anak saya berprilaku tidak baik disekolah, maka certia Lala dan Lili bisa berubah isinya demi menyampaikan pesan pesan positif kepada anak saya. [caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="cerita Lala dan Lili (dokpri)"]
cerita Lala dan Lili (dokpri)
[/caption] Dari pengalaman tersebut saya merasa bersyukur karena sampai detik ini saya tidak lagi mengalami kesulitan untuk membujuk anak saya baik mencuci tangan maupun gosok gigi. Dengan bantuan beberapa medai seperti iklan dan buku cerita, beberapa pesan moral dalam kehidupan lebih mudah disampaikan kepada anak-anak dan lebih ringan untuk di jalankan. Karena anak-anak menjalankannya bukan tanpa beban melainkan karena ada contoh yang dia tahu meskipun dari sosok yang tidak nyata alias seperti superhero dan cerita Chika dan ulat giginya. Dari pengalaman itulah saya merasakan lebih mudah untuk menerapkan pola hidup sehat bagi anak saya. Bahkan dengan cerita sebelum tidur akan semakin mendekatkan hubungan antara orang tua dan anaknya disaat orang tuanya sibuk dan tersita waktunya untuk bekerja. Dengan bantuan buku, anak-anak akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya sekaligus bisa menanamkan pendidikan karakter dan budaya hidup sehat. Salam Hangat @DzulfikarAlala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya