"Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada kalian."(QS. An-Nuur : 33)
"Dan nafkahkanlah apa saja. yang kalian telah dijadikan (oleh Allah) berkuasa terhadapnya. "(QS. Al-Hadid : 7)
"Dan (Allah) membanyakkan harta dan anak-anakmu." (QS. Nuh : 12)
Dari sinilah kita temukan, bahwa ketika Allah SWT menjelaskan tentang status asal kepemilikan harta kekayaan tersebut, Allah SWT menyandarkan kepada diri-Nya, dimana Allah SWT menyatakan "Maalillah" (harta kekayaan milik Allah). Sementara ketika Allah SWT menjelaskan tentang perubahan kepemilikan kepada manusia, maka Allah menyandarkan kepemilikan tersebut kepada manusia. Dimana Allah SWT menyatakan dengan firman-Nya :
"Maka berikanlah kepada mereka harta-hartanya. "(QS. An-Nisaa` : 6)
"Ambillah dari harta-harta mereka. "(QS. Al-Baqarah : 279)
"Dan harta-harta yang kalian usahakan." (QS. At-Taubah : 24)
"Dan hartanya tidak bermanfaat baginya, bila ia telah binasa." (QS. Al-Lail :11)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa hak milik yang telah diserahkan kepada manusia (istikhlaf) tersebut bersifat umum bagi setiap manusia secara keseluruhan. Sehingga manusia memiliki hak milik tersebut bukanlah sebagai kepemilikan bersifat riil. Sebab pada dasarnya manusia hanya diberi wewenang untuk menguasai hak milik tersebut. Oleh karena itu agar manusia benar-benar secara riil memiliki harta kekayaan (hak milik), maka Islam memberikan syarat yaitu harus ada izin dari Allah SWT kepada orang tersebut untuk memiliki harta kekayaan tersebut. Oleh karena itu, harta kekayaan tersebut hanya bisa dimiliki oleh seseorang apabila orang yang bersangkutan mendapat izin dari Allah SWT untuk memilikinya.
Jenis-jenis kepemilikan.
Para fuqoho sepakat membagi menjadi 2 bagian yaitu: