"Aya....!!!!" Teriakku memanggilnya.
Ia berpaling dengan mata sediktit terpejam karena silau terkena sinar mentari siang itu.
"Ada apa lagi?"
"Gak kok, gini, ntar lagi kan ulang tahunku. So aku mau ngerayainnya di Bali, sekalian tunangan gitu deh. Kamu datang ya, sekalian bilangin ke teman-teman yang lain", jelasku meyakinkannya.
"Udah Syha ? sampai kapan sih mau kegini terus? Aku capek setiap hari harus dengerin ocehan kamu yang gak nyata itu", Aya tiba-tiba bertingkah aneh. Tidak pernah kulihat Aya semarah ini sebelumnya.
"kamu bilang kamu anak tiri, selalu dimarahi ma Mama kamu. Tapi apa? Kamu bohong kan syha?" Aya coba mengumpulkan kebohongan demi kebohonganku.
"Terus kamu juga bilang kalau kamu dan pacar-pacar kamu paling suka traveling, makanya kamu jadi hitam gini. Tapi apa, emang dasarnya aja kamu hitam. Lagian kamu juga gak pernah tu ngenalin pacar-pacar kamu ke aku. Aku ini sahabatmu Syha, kenapa sih harus di bohongin juga," Aya semakin kesal dengan tingkahku.
"Kamu ngomong apa sih?"
"Udah lah Syha, percuma ngomong sama orang gak tau malu kayak kamu. Dasar Mythomaniac!" dengan wajah sinis Aya meninggalkanku.
Dengan air wajah Aya yang tidak biasa, aku mengerti kekesalanya padaku. Mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Aya aku semakin kacau. Gadis sebaik itu ternyata bisa juga mulukai perasaanku. Sambil berdiri dan terjemur di bawah mentari yang lagi semangat memancarkan cahayanya jariku sibuk memencet tombol handphone, mencoba cari tahu apa sebenarnya arti kata yang diucapkan Aya.
Aku terperanjat, kakiku semakin lemas ketika membaca artikel yang ada di layar Hp ini.