Mohon tunggu...
fika andriani
fika andriani Mohon Tunggu... -

just silent, but always do anything....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gadis Mythomaniac

28 Maret 2011   12:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelagatku yang heboh sendiri ternyata tidak sedikit pun menarik perhatian teman satu kelasku. Padahal aku berharap mereka bertanya siapa pemuda yang ada di foto itu. Kemudian dengan senang hati aku akan menjawab jika lelaki itulah tambatan hatiku. Seorang pria mapan yang mempunyai perusahaan di luar Negeri itu akan melamarku tepat di hari ulang tahunku.

Tapi mereka tidak sedikit pun melirikku. Hingga sendiri di dalam kelas, aku berfikir bagaimana caranya mereka mau mendengar ocehan sedap ku ini.

Aku keluar dengan binder yang masih ku pegang erat . kali ini ku letakkan foto itu di tempat yang lebih strategis. Ya di sampul depan binder baruku. Sambil berjalan mencari-cari dimana temanku berkumpul, dengan penuh percaya diri sengaja ku tegakan binder ini agar lebih mudah terlihat. Dan jika diperhatikan maka percislah aku seperti orang yang bertugas membawa foto almarhum di acara pemakaman.

Di sana, di pohon mangga kerdil yang berdaun rimbun itu mereka berkumpul. segera aku menghampiri. Satu persatu mereka melirik kearahku. Senyum demi senyum kecil mulai terlempar mengenaiku. Semangatku semakin bertambah untuk berbagi cerita. Selangkah lagi ku sampai di bawah pohon berpenghuni semut angkarang yang tak jarang menggigit siapapun yang menggangu aktifitas segerombolan anak beranak itu. Tapi itu tak mengurungkan niat kami untuk sering-sering bertengger melepaskan penat disana.

"Heyyy....!" Sapaku hangat.

Serentak mereka berdiri dari ban yang sengaja ditanam dan tersusun mengelilingi pohon berbuah manis itu.

"Aduh Aku lupa mau nganter Mama belanja. Aku cabut dulu ya," kata Dea yang berdiri tepat di hadapanku.

Dari sebelah kiri juga tak mau kalah.

"Oia, Aku juga ada urusan, Aku ke Biro dulu ya," ucap Rere sambil mengelus lembut pundakku.

Satu persatu mereka pergi meninggalkanku dengan alasan yang berbeda-beda. Hingga akhirnya tinggal Aya yang masih berdiri tanpa satu kata pun. Ia kembali menjatuhkan tubuhnya ke ban yang Ia duduki tadi.

Ayaleina Hayaa namanya. Nama itu sedikit menyerupai namaku, syha Salsabil Hayaa. Mungkin karena itu kami cocok. Gadis imut ini sempat menjadi teman akrabku. Gadis penuh perhatian, pintar, dan tidak banyak bicara ini sering menjadi pendengar setiaku. Aku sayang padanya. Namun sudah dua minggu ini Ia seperti menghindar dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun