Dalam senduku, seakan hati ini menuntun jemariku untuk mengeluarkan dompetku dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan, seperti jumlah yang kakek berikan padaku. Lalu aku ulurkan kepada sang kakek itu.
“Mbah, ini rezeki dari Allah yang saya emban dari zakat sahabat-sahabatku. Semoga dapat memberi manfaat buat panjenengan dalam perjalanan.”
Kakek tua itu tercengang, sambil berusaha menolak pemberianku. Namun, aku mencoba menjelaskan bahwa uang itu adalah amanah dari zakat sahabat-sahabat yang sebagian memang menjadi hak para sabilillah dan ibnu sabil.
“Terimalah, Mbah. Itu rezeki dari Allah, saya hanya perantara semata.”
Alhamdulillah, akhirnya diterima. Aku pun memperkenalkan diri dari Komunitas Solidaritas Wajah Pribumi. Ternyata, kakek tua itu bernama Mbah Arif. Aku menyebutnya "SANG PENEMPUH JALAN SUFI"
Sebelum kami berpisah dengan kakek tersebut, beliau menyampaikan salam untuk para sahabat-sahabat di komunitas WAPRI.
Semoga, dari kisah ini kita bisa mendapat satu ilmu yang sangat bermanfaat untuk kita semua. Ilmu tentang sebuah keikhlasan. Kesadaran untuk saling berbagi kepada sesama. Ilmu yang langsung kita dapat dari sebuah Universitas Kehidupan yang tak mungkin kita dapatkan dari bangku sekolah formal.
Semoga kakek ini dan kita semua senantiasa dirahmati Allah di manapun berada.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Amin Allahuma Aamiinnn...
***