Namun, kita tidak bisa serta merta menyalahkan menjamurnya film horor ini. Sutradara Lukmantoro pernah menyebutkan bahwa "suatu tayangan ada karena masyarakat memang menghendaki demikian". Ini artinya, menjamurnya film horor itu juga disebabkan oleh tingginya animo masyarakat terhadap film tersebut. Hal ini ditangkap sebagai suatu peluang dalam bisnis industri perfilman. Wajar jika film horor pun akhirnya mendominasi di bioskop Indonesia.
Tingginya animo masyarakat pun tidak terlepas dari peran media sosial di internet. Bombardir marketing pun dikerahkan secara masif melalui teknologi digital. Hal ini menjadi strategi pasar yang cukup efektif dan efisien. Tanpa perlu bersusah payah, sebuah judul film pun akan sampai ke khalayak dengan cepat.
Tak terkecuali anak-anak yang notabene saat ini sudah dibekali gawai oleh orangtuanya. Sedikit banyak, anak-anak pasti akan mengetahui tren terkini yang sedang terjadi.
Satu contoh, ketika masa film KKN di Desa Penari, anak saya yang masih SD sudah berbincang dengan topik tersebut bersama teman-temannya. Dan sekarang, anak saya justru yang lebih dulu tahu tentang booming-nya film Pengabdi Setan 2 Communion ketimbang saya.
Memang, anak saya tidak sampai merengek minta menonton ke bioskop untuk melihat film tersebut. Dan saya pun memutuskan menonton film tersebut hanya berdua dengan suami.
Lantas, apakah itu artinya saya sudah tenang dan keadaan bakal baik-baik saja ?
Belum tentu. Justru saya merasa khawatir kelak anak saya akan mencari tahu sendiri film tersebut dengan berbagai cara, di internet misalnya.
Tidak dapat dimungkiri, rasa keingintahuan anak-anak cukup besar, dan mereka punya hasrat yang tinggi untuk dapat memenuhi rasa keingintahuan mereka.
Kita tidak bisa mengelak, sebab ini memang sudah menjadi bagian dari proses tumbuh kembang mereka terutama dalam membentuk pola pikir dalam suatu pemecahan persoalan.
Maka, tugas orangtua lah yang harus bisa mengakomodir hal tersebut, agar anak tidak salah jalan dalam melewati fase-fase tumbuh kembangnya.
Dari sini saya akhirnya mencoba mengubah cara pandang saya, yang tadinya sebisa mungkin melarang anak saya menonton film bergenre horor menjadi "boleh menonton, tapi harus didampingi ayah atau bunda..."