Frame of thinking yang demikian akan menyebabkan PRT kehilangan core value-nya sehingga mereka dengan mudah akan direndahkan, dilecehkan serta tidak dihargai keberadaannya.Â
Meski terdengar sederhana, namun ternyata bentuk pelabelan seperti ini akan melahirkan stereotip yang pada akhirnya mempengaruhi hilangnya hak-hak PRT sebagai manusia dan pekerja.
Lalu, apa yang terjadi ? seperti yang kita lihat, kekerasan, penganiayaan berat, pelecehan seksual, penyekapan, trafficking hingga pembunuhan dan pelanggaran HAM berat lainnya kerap dialami oleh para Pekerja Rumah Tangga.
Sebuah Dilema, Rendahnya Intelektualitas dan Lemahnya Kontrol MasyarakatÂ
Terlepas dari kejahatan yang dilakukan oleh pemberi kerja (majikan) terhadap para PRT, ada beberapa hal yang bisa dianalisis dari setiap kasus kekerasan yang dialami oleh PRT.Â
Diantaranya adalah masih rendahnya tingkat intelektualitas PRT serta lemahnya kontrol dari masyarakat. Keduanya tidak bisa dilepaskan, sebab berkaitan dengan proses dan upaya defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri seseorang.
Rendahnya intelektualitas seorang PRT sangat berkaitan erat dengan minimnya akses PRT untuk mendapatkan pendidikan dan informasi yang tepat dan memadai, terutama akses pada pendidikan kritis.
Padahal, jika akses pendidikan dan informasi dapat diperoleh PRT dengan baik, maka akan meningkatkan kesadaran kritis mereka untuk mampu berdaya dan memahami konteks hak-haknya sehingga akan menaikkan posisi tawar mereka menjadi lebih tinggi.
Peningkatan intelektualitas dapat mempengaruhi kualitas kinerja mereka dan tentu saja akan memperbaiki sistem bekerja mereka menjadi lebih baik. Para PRT akan sadar hak dan kewajibannya sehingga jika terjadi hal-hal yang menyimpang mereka dapat melakukan upaya perlindungan diri.
Berbicara pendidikan tidak melulu berada di bangku kelas formal. Para PRT dapat meningkatkan kapasitas dirinya melalui pelbagai aktivitas belajar, seperti sekolah non formal, kursus dan pelatihan maupun berkelompok dan berorganisasi.Â
Selain untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, juga dapat menjadi wadah bagi para PRT untuk menjalin koneksi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang berkompeten di dalamnya.