Mendapatkan informasi secara digital begitu cepat dan mudah sehingga kerap membuat addict bagi para penggunanya. Mereka beranggapan bahwa internet dapat memberi solusi atas semua persoalan mereka sehingga enggan untuk beranjak dari gawai yang menyediakan "keasyikan" semu tersebut.
Namun, sadarkah kita ? bahwa semua itu hanyalah kamuflase semata. Jika kesenangan maka itu adalah kesenangan semu. Jika kesedihan maka itu adalah kesedihan yang semu. Karena itulah internet juga disebut dengan dunia maya. Dunia yang tidak riil. Dunia yang semu. Lantas, logikanya bagaimana mungkin sesuatu yang sifatnya semu dapat memberikan manfaat yang nyata bagi kita ?
Tanpa disadari, manusia sudah banyak dibuai dengan segala kemudahan dan hiburan yang ada didalamnya sehingga banyak dari mereka yang terlena. Tanpa adanya kemampuan "melek teknologi" maka internet dapat menjerumuskan seseorang ke hal-hal yang bersifat negatif. Sudah banyak contoh kasusnya.
Semakin lama internet semakin memunculkan bentuk kejahatan-kejahatan baru seperti kejahatan ujaran kebencian, penipuan online, trafficking, berita hoax, video porno, dll.
Tentu saja ini menjadi titik balik bagi pengguna internet, bahwa menjadi pengguna internet tidak hanya dibutuhkan kemampuan berteknologi tapi juga mental menggunakan teknologi yang mumpuni sehingga tidak mudah terjerumus hanya demi mengejar sebuah istilah kekinian.
Budaya Literasi Versus Budaya Digital
Menyadari akan semakin kompleksnya sisi negatif dari budaya dunia digital, pemerintah tidak tinggal diam. Beberapa waktu terakhir, pemerintah melalui Dinas Pendidikan sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan budaya literasi di kalangan masyarakat khususnya di kalangan sekolah. Berbagai cara dan upaya dilakukan agar budaya literasi ini dapat tercapai penerapannya secara maksimal.
Bahkan di beberapa sekolah juga punya cara yang unik untuk membiasakan budaya literasi ini pada anak didiknya seperti menggantung buku-buku di ranting pepohonan agar murid-murid lebih tertarik membaca ketimbang buku-buku hanya tersusun rapi di ruang perpustakaan, ada juga yang menggunakan gerobak buku, dll.
Dengan begitu murid-murid diharapkan dapat menghabiskan waktu isirahatnya di sekolah bukan hanya sekadar bermain atau jajan tapi juga dengan membaca.
Budaya internet yang kekinian di era serba digital pada satu sisi cukup memberi kontribusi besar pada kemudahan akses informasi. Bahkan inovasi-inovasi yang ada di internet sangat memberikan kemudahan secara efektif dan efisien bagi aktifitas manusia sehari-hari. Bahkan membaca berita pun sudah dapat dilakukan secara digital.
Namun demikian, ternyata tak selamanya internet membawa hal positif bagi manusia. Seiring dengan kemudahannya, ternyata juga begitu kompleks hal-hal negatif yang disebabkan oleh penggunaan internet. Karena itulah, menjadi pengguna internet yang bijak adalah suatu keharusan, terutama bijak dalam memfilter apa saja yang ada di internet.