Setiap orang memiliki kapasitas tingkat psikologis dan emosional yang berbeda-beda. Ada yang dimarahi sedikit sudah langsung down, ada yang dimarahi dengan keras tapi tidak berefek apapun. Ketahuilah, bahwa ada beberapa karakter pribadi yang "tidak mudah" menerima amarah. Mungkin salah satu contohnya adalah Jono atau bahkan mungkin kita?
Memikirkan ulang sebelum marah terutama pada efek setelahnya adalah hal yang sangat penting. Tidak sadarkah bahwa dengan marah-marah pada bawahan akan berdampak "lebih buruk" dari sekadar apa yang dibayangkan.Â
Bawahan jika seorang kepala rumah tangga, akan down. Jika sudah down maka akan berimbas pada hubungannya dengan keluarganya. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi keadaan anak dan istrinya. Nah, bisa dibayangkan, memarahi satu orang ternyata imbasnya dapat memengaruhi banyak orang!Â
Lantas, masih sanggupkah kita memarahi orang lain atau bawahan?
Bersikap arogan dengan marah-marah ternyata bukan salah satu solusi di dalam hubungan kerja. Harus disadari betul bahwa dalam satuan kerja, atasan dan bawahan merupakan satu tim bekerja yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga menjaga keharmonisan didalamnya mutlak diperlukan agar tercipta kondisi kerja yang kondusif. Bahwa, yang dihadapi adalah manusia yang notabene berusia dewasa, tentu butuh kemampuan dalam menerapkan prinsip-prinsip yang bersifat andragogi, yaitu prinsip-prinsip yang didasarkan pada kemampuan memecahkan masalah secara "dewasa".Â
Keterbukaan, saling menghargai, saling mendukung, saling mengerti bagaimana memposisikan diri, saling memaafkan serta membangun komunikasi yang baik dan lancar adalah kunci dari hubungan andragogi. Sedikit mengkesampingkan ego demi terjalinnya hubungan dan kerjasama yang baik adalah salah satu prinsip utama kedewasaan, sebab bagaimanapun antara atasan dan bawahan haruslah tercipta sinergitas agar dapat tercapai visi dan misi dalam pekerjaan.
Namun, tidak dapat dimungkiri, setiap orang adalah pribadi yang berbeda-beda sehingga untuk menciptakan chemistry satu sama lain diperlukan kepekaan dan kepedulian yang bersifat humanis. Banyak yang dapat dilakukan, misalnya memberi ucapan selamat ulang tahun, menghadiri undangan bersama, mengadakan acara pengajian kantor, mentraktir makan siang atau sekadar mengucapkan terimakasih ketika sudah dibantu dalam suatu hal. Sederhana bukan? Â Apalagi dibandingkan harus mengedepankan ego dan menggunakan emosional ketika menghadapi bawahan.
Percayalah, loyalitas bawahan terhadap atasan sangat bergantung bagaimana atasan membentuk karakter kesetiaan itu sendiri. Bagaimana sikap bawahan adalah merupakan cerminan dari atasannya. Atasan yang baik, sabar dan hangat namun tetap tegas akan menghasilkan bawahan yang berkarakter loyal, sebaliknya atasan yang gemar marah-marah hanya akan menghasilkan bawahan yang bermental penakut.