Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Stiletto

28 September 2016   16:52 Diperbarui: 28 September 2016   17:00 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berulangkali perempuan itu masuk ke ruangan bos. Nyelonong begitu saja. Melewatkan meja sekretaris yang seharusnya bagian dari birokrasi perusahaan ini. Anita, sang sekretaris sudah berusaha mencegahnya dan menjelaskan bahwa jika ingin bertemu bos harus melalui prosedur perusahaan. Namun, perempuan itu galak. Ia malah menyemprot Anita dengan kata-kata kasar. Bahkan ia juga mengancam akan memecat Anita jika tak membiarkannya masuk ke ruangan pak Yopi, pimpinan utama di perusahaan kami.

“siapa sih dia Nit ? sok banget jadi perempuan !” tanyaku geram

Anita mengangkat bahunya, “entahlah...galaknya minta ampun !”

Aku terkekeh, “padahal kamu udah galak lo Nit...eehhh masih ada yang lebih galak...hahaa...”

Anita meninju lenganku, “hahaa...sialan kamu Ver !”

Tiba-tiba pintu bos terbuka. Perempuan itu keluar dengan wajah yang masih sinis. Matanya melirik tajam ke arah kami.

“asal kamu tau ya...stiletto saya lebih mahal dari harga diri kamu !” desisnya persis di telinga Anita

Sontak Anita bereaksi. Ia bersiap akan menampar wajah perempuan itu. Aku segera melerai dan berusaha menenangkan Anita. Perempuan itu berlalu begitu saja diiringi suara stiletto silver yang dipakainya.

“udah keterlaluan itu perempuan ! kurang ajar banget dia nginjak-nginjak harga diri aku !” teriak Anita emosi

“sabarrrr Nit...udah jangan diladenin...anggap aja perempuan sarap...”

Nafas Anita naik turun mengisyaratkan amarah yang tak terbendung.

“Lihat aja...sekali lagi dia ganggu aku...habis kubuat dia !” Anita menyumpahi

Aku mengelus bahu Anita. Konon, itu bisa meredakan amarah seseorang.

***

Kemunculan perempuan itu di kantor menjadi perbincangan hangat diantara para karyawan. Berbagai opini dan dugaan mengalir deras. Apalagi, perempuan itu seperti memiliki kekuasaan besar sehingga sanggup untuk berlaku sombong dan galak pada setiap karyawan, terutama Anita, sang sekretaris bos Yopi.

“pasti itu selingkuhan bos...yakin deeehh !” kata Vina

“Adduuhh...selingkuhan kok galak gitu...ya jauh lah sama bu Iren, istri pak Yopi...baik dan gak sombong” Gigi menimpali

“kira-kira bu Iren tau gak yaaa tentang perempuan ini ? kasihan bu Iren....”

“gak nyangka pak Yopi mata keranjang juga yaa..!”

“hussssttt...kalian ini apa sih...belum tentu itu selingkuhannya...siapa tau saudara pak Yopi mungkin...bisa saja kan ?” sanggahku

“kalau saudara kok sifatnya beda banget ya sama pak Yopi...”

“tapi sepertinya dia memang orang kaya...pakaiannya bermerk, tasnya branded dan stilettonya selalu berbeda setiap kali datang kemari...” Pita menerawang

“iya, tapi kalo sombong begitu...gak ada artinya lagi kemewahan yang dipakainya !” timpalku kesal

“Anita...masuk ke ruangan saya sebentar...” tiba-tiba pak Yopi muncul di balik pintu ruangannya

Anita yang sejak tadi asyik memainkan gadget buru-buru beranjak memenuhi perintah pak Yopi. Dan kami kembali ke meja kerja masing-masing.

***

Aku menyeruput kopi panas buatan pak Udin, OB di kantor. Kopi yang tiada dua nikmatnya. Karena selain racikannya pas, gak butuh tenaga untuk membuatnya sendiri dan gratis. Sangat menginspirasi di setiap pekerjaanku yang menumpuk.

Pun dengan sore menjelang malam ini, aku terjebak dalam lembur. Pekerjaan yang tiada henti menanti untuk segera diselesaikan. Semuanya kejar tayang. Sebagai seorang art desainer, ide-ide baru harus tumbuh subur di otakku. Ya, karena dari coretan tanganku yang menuangkan ide-ide baru ini lah PT.FrankCo Desain Entertainment berkembang pesat menjadi perusahaan raksasa di bidang produksi garmen. Beban kerja ada dipundakku.

“pak Udin...ruangan pak Yopi nggak terkunci kan ?” tanyaku pada pak Udin yang sedang mengelap meja-meja ruangan

“nggak non Vera...”

Aku beranjak masuk ruangan pak Yopi untuk meletakkan beberapa rancangan desain yang telah selesai kubuat di mejanya.

Ruangan yang sejuk dan penuh nuansa retro. Merah hitam adalah warna andalannya. Kuletakkan map di meja dan bergegas untuk keluar. Namun, langkahku terhenti oleh sebuah benda yang sedikit menyempil di ujung meja pak Yopi.

Sebuah stiletto berwarna emas. Hak runcingnya terukir manis. Dipandang saja, aku sudah dapat menebak harganya. Tak salah jika pemilik stiletto itu begitu sombong. Jangankan yang harganya mahal, yang murah pun, stiletto dapat membuat seorang perempuan tampil percaya diri, bahkan kerap terlalu percaya diri. Badan yang tegak lurus dengan sorot mata yang tajam akan terbentuk ketika seorang perempuan mengenakan sepatu berhak tinggi dan runcing tersebut. Sungguh berkesan angkuh dan sombong.

Ah ! aku menjitak kepalaku sendiri. Terlalu banyak berkhayal tentang stiletto perempuan itu membuatku lupa untuk segera pulang ke rumah.

***

Pagi ini kantor begitu riuh. Bukan karena ada yang ulangtahun atau naik jabatan, tapi karena ada beberapa petugas kepolisian datang menyergap bos kami, pak Yopi. Rupanya, bukan hanya pak Yopi. Perempuan itu, yang belakangan diketahui bernama Tantri, ternyata juga telah terlebih dahulu ditangkap.

Suasana kantor begitu mencekam, hingga keesokan harinya berbagai surat kabar memberitakan penangkapan pak Yopi.

BOS PT. FDE DITANGKAP KONSUMSI NARKOBA

BOS PT. FDE DAN SEORANG PEREMPUAN PESTA NARKOBA

BOS PT. FDE POSITIF NARKOBA, BARANG BUKTI DITEMUKAN DI DALAM ALAS STILETTO

Aku bergeming. Foto di salah satu surat kabar adalah stiletto yang sempat kulihat malam itu di ruangan pak Yopi. Selebihnya stiletto yang kerap digunakan oleh perempuan itu.

“pantas saja stilettonya selalu ganti setiap hari...ternyata isinya narkoba !” tukas Anita marah

“masih kuingat saat ia bilang harga stilettonya lebih mahal ketimbang harga diri kamu Nit...ternyata yang dimaksud dia narkoba yang ada di dalam stiletto...” mataku menerawang, tak menyangka.

Anita tersenyum getir.

Ah ! Stiletto yang sempat kukagumi karena bisa membuat perempuan terlihat mewah dan seksi itu kini menjadi barang yang menakutkan buatku. Mungkin, selamanya aku takkan memakai stiletto...cukup sepatu kets usang yang kupakai saat ini saja !

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun