Masukkan konflik juga yang butuh pemikiran sehingga endingnya tidak mudah ditebak. Pembaca pun akan mengira cerpen ini mau mengarah kemana endingnya.
Teknik penulisan cerpen selanjutnya yaitu harus menguasai perbendaharaan kata atau Vocabulary.Â
Kemudian, setiap alinea harus dipisahkan dan tidak sama semuanya. Perbendaharaan kata pun jangan sedikit. Misalnya kata awalan paragraf pertama  "menurut si bla bla bla", kata awalan paragraf kedua "setelah itu", dan seterusnya harus berbeda.
Sesi Kedua Dilanjut Oleh bapak Iskandar Zulkarnain, CO Founder Kompasiana
Kali kedua ini membahas mengenai Konten Marketing untuk para Blogger dan Vlogger, yang dimana konten itu bisa jualan.  Menjual sesuatu dan mendapatkan sesuatu dari konten yang dijual. Lebih  tepatnya, produktivitas menghasilkan sesuatu untuk kita sendiri.
Ya bisa dibilang sebagai Sales. Waktu itu, Sales sedang booming dengan door to door. Ketika digital marketing muncul, bukan orang sebagai Sales dengan door to doornya lagi, tetapi dengan konten.
Konten marketing biasanya diajak kerja sama untuk bisnis. Kalau bicara kerja sama bisnis bisa dilihat dari si klien menawarkan berapa rupiah  dalam pe artikel yang dibuat sehingga kita bisa mengemas konten itu sesuai dengan permintaan klien.
Konten marketing  memang dibuat agar si pembaca terpikat dan ingin membeli konten berupa produk.
Jika beliau ingin menjadi penulis katanya, jangan lupa melihat dari segi volumenya. Tapi memang kalau soal harga tidak bisa berdiskusi. Mau fee dapat Rp 10.000 sampai dengan Rp 1.000.000 pun kalau sedang butuh uang ya diembat saja istilahnya. Hehehe.
Pesan dari  bapak Iskandar Zulkarnain untuk para penulis, entah itu Blogger dan siapapun, jangan pernah untuk copas (copy paste) atau plagiat. Â
Boleh membaca artikel orang lain, tapi tidak untuk copas. Baca artikel tersebut dan seraplah baik-baik, kemudian diubah menjadi gaya tulisan sendiri.