Ibu Fanny Jonathans Poyk membahas mengenai bagaimana menuangkan ide ke dalam sastra cerpen.Â
Menurutnya, karya sastra cerpen bermain dengan  kata-kata metafora dan diksi sehingga kita bisa merangkai kata-kata menjadi satu buah alinea per alinea dan memasukkan ide  cerita di dalam alinea per alinea dari keadaan sekitar kita.
Beliau mengambil masukan dari ayahnya yaitu Gerson Poyk yang merupakan Wartawan sekaligus Sastrawan Senior, bahwa karya sastra itu semacam olahan intuisi kreatif kita sehingga kita menerjemahkan ke dalam bentuk sebuah karya yang benar-benar humanis, menggambarkan kemanusiaan, tidak hanya kehidupan yang hedonis, sehingga didalam sebuah karya bisa memberikan manfaat kepada orang banyak.
Jadi, dalam menulis sastra cerpen sebaiknya melihat ke lapangan dan melakukan riset yang bersumber dari pengalaman terhadap lingkungan disekitarnya untuk jadi bahan tulisan.Â
Sebagai pengamat sastra, ada rasa empati terhadap kejadian apapun. Bagaimana kita memandang kehidupan orang lain itu menjadi bagian kehidupan kita sehingga bisa diberikan kepada pembaca. Ada nilai tambah yang diberikan kepada pembaca.
Masukkan  juga berbagai imajinasi-imajinasi didalamnya.  Bukan digambarkan secara imajinatif, tetapi lebih ke memberikan masukan.
Dari segi teknik penulisan cerpen sastra menurut Ibu Fanny Jonathans Poyk, membuat cerpen sastra bisa dimulai dari judul. Terlebih dahulu lakukan riset dari peristiwa yang tidak terduga dari kita. Dari situlah kita bisa membuat judulnya dari kejadian tersebut.
Lalu, membuat tema dan kerangka. Jangan lupa untuk menulis garis besarnya agar tidak lupa. Itu sebagai pengingat saja.
Selanjutnya, tuangkan kejadian tersebut ke dalam alinea. Alinea pertama apa yang ingin dimasukkan. Alinea pertama berkaitan erat dengan badan cerpen.Â
Kita tinggal memilih, apakah ingin ke endingnya sad ending, happy ending, atau ending yang mengambang. Itu semua berkaitan erat dari alinea pertama, alinea kedua, alinea ketiga, alinea keempat, dan seterusnya.Â