“Materi keaktoran yang paling berguna untukku mendalami proses monolog ini adalah mengenai subteks. Karena mendalami subteks dari setiap kata, setiap paragraf, sangat membantuku untuk menelaah apa yang si karakter rasakan. Walaupun dari naskah sebenarnya sudah cukup lugas apa yang dirasakan, tapi aku juga perlu memastikan apakah ada layer-layer lain yang tak terkatakan,” kata Kunti.
Kunti juga mengungkapkan bahwa dengan menggali subteks, ia dapat menciptakan landasan yang lebih dalam terkait dengan si karakter. Interpretasinya tak terbatas pada yang terbaca dalam naskah, melainkan mengurai peristiwa yang membentuk fondasi dari setiap gelombang emosi dalam monolog.
Subteks membantu Kunti memeluk esensi keseluruhan pesan naskah, hingga memberi gambaran mendalam tentang karakter Nala. Maka tak heran, jika kemudian ia mampu menyajikan intonasi, gesture, isyarat mimik wajah, dan jeda-jeda yang mengesankan.
Pertunjukan ini merupakan debut panggung bagi Kunti dalam dunia teater. Dedikasinya yang berbulan-bulan mengikuti kelas akting layak mendapat apresiasi tinggi. Dalam peran Nala, Kunti tak hanya menjadi penafsir, namun menjadi cermin perjuangan, kekuatan, dan keindahan perempuan—baik dalam dirinya maupun dalam karakter yang disuarakannya.
Terima kasih untuk seluruh tim yang terlibat di baliknya.
Sumber Referensi Bacaan:
https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/vert-fut-57313098.amp
https://id.sainte-anastasie.org/articles/psicologia/realidad-vs-expectativas.html
Tong, R. P. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemik