Lucky dan saudara-saudaranya kembali meneguk duka.
Untungnya Bik Sulis setia mendampingi keluarga itu.
***
Lucky
Hari itu, Aku pulang sekolah dengan hati riang. Ditanganku ada amplop putih dari Kepala Sekolah yang akan kuberikan pada Ayah.
Ku ketuk kamar ayah, tak ada jawaban. Aku lari ke tempat kerja Ibu. Jantungku terkesiap, tubuhku mati rasa,saat melihat Ibu dan Ayah mengiris pergelangan tangannya. Mereka berdua seperti Vampire, mengisap tiap tetes darah ditangannya dengan rakus.
Badan mereka menggigil.
Mereka pemakai dan sekarang lagi sakaw berat.
Aku berlari mencari Bik Sulis. Lirih, adikku badannya gemetar, dan keringat membasahi badannya. Bayi mungil itu menangis kesakitan dalam gendongan Bik Sulis yang hanya bisa menghiburnya. Tangisan Lirih membuatku sedih.
“Ya Allah,apakah Lirih sama seperti ibu sekarang?” Hati Lucky menjerit.
Ia tahu dari buku yang ia baca, bahwasannya bayi yang ibunya pecandu narboka selama kehamilan turut gelisah ketika harus putus obat.