“Biarkan anak itu sholat disini”seorang lelaki berbaju koko putih datang membelanya. Wajahnya berseri dan penuh kedamaian.
“Eh..tapi Pak Ustad…apa kata para jamaah nanti, bila gadis korengan itu sholat disini. Baunya itu lho pak..bikin mual saja”
“Romli….ini rumah Allah, siapapun boleh sholat disini,apa hakmu melarang dia” lelaki tambun itu kelihatan kesal dengan ceramah Pak Ustad.
“Tidak apa-apa Pak…biar saya sholat ditempat lain saja” kata Prihatin, ia menarik langkah pergi.
“Sholatlah disini nak, setelah itu..tunggulah sebentar,bapak ada perlu denganmu” mendengar penuturan Pak Ustad, Romli melengos, diambilnya mukena dan dilemparkannya didepan Prihatin.
“Pakai tuh mukena, nggak usah dibalikin lagi” pak Ustad hanya bisa menghela nafas, melihat kelakuan kasar Takmirnya.
Tanpa membantah, Prihatin mengikuti anjuran Pak Ustad. Dia sholat dan berdoa dengan khusyu’. Selesai berdoa dia menunggu Pak Ustad di emperan masjid. Matanya menatap lalu lalang kendaraan di jalan. Hingga di lihatnya sebuah mobil berhenti didepan tempat sampah. Ia memperhatikan seorang anak laki-laki membuang sebuah bungkusan. Bergegas..Ia menghampiri tempat sampah itu, matanya berbinar ketika dilihatnya ada sisa nasi goreng di dalam bungkusan itu. Dengan langkah riang dibawanya tas kresek itu itu,hatinya senang bisa membawa makanan buat Simbok.
Di depan Masjid, mata Pak Ustad berkaca-kaca melihat Prihatin. Dia ingat anaknya dirumah……
***
Simbok berkali-kali melihat kearah pintu.Pikirannya kalut memikirkan Prihatin yang belum pulang.
“Kemana kamu Tin….?” Uhuk…uhuk batuknya semakin parah, sudah dua kali dia memuntahkan darah. Badan tuanya semakin menggigil,nafasnya tersengal-sengal. Tenggorokannya kering, diraihnya gelas yang ada disamping tempat tidurnya. Namun…..tangannya tak sampai. Ia mencoba bangun, dan ….Brukkkkk…badan kurusnya jatuh menimpa meja.