[caption caption="shutterstock.com/s/woman+painting/search.html?page=2&thumb_size=mosaic&inline=259104266"][/caption]
Dengan tertatih-tatih Prihatin menyeret kaki kecilnya. Hari sudah beranjak malam dan rasa lapar melilit perutnya sejak subuh tadi. Hari ini, dia tak dapat pekerjaan karena banyak orang yang jijik dengan koreng di tangannya yang menimbulkan bau tak sedap.
Prihatin merogoh saku, disana ada uang 500 perak,tak bakalan cukup untuk membeli nasi buat Simbok. Gadis kecil itu menghela nafas berat.
“Pak…berilah saya sedikit nasi, untuk Simbok saya” katanya lirih di depan sebuah warung nasi. Wajahnya melas menatap si penjual nasi. Dia membuang rasa malu untuk meminta, karena memikirkan Simboknya yang sedang sakit, sedang makanan tak mereka miliki.
Byur…..Prihatin terkejut dengan siraman air di sekujur tubuhnya. Badannya menggigil kedinginan.
“Cuih….dasar pengemis bau,pergi dari sini! Hardik penjual nasi dengan membawa sapu ijuk di tangannya. Anehnya para pembeli disanapun tak punya rasa empati terhadap gadis cilik itu.
Dengan perasaan sedih, Prihatin meninggalkan warung nasi,ditahannya semua rasa pilu dihatinya. “Ya Allah,berilah hambamu ini kekuatan”sambil menyeka bulir bulir airmata yang tergenang di sudut matanya. Kemudian dia pergi ke sebuah Masjid yang tak jauh dari situ.
“Bismillahirromanirrohim”Ia meneguk air kran puas-puas. sampai rasa laparnya hilang. Lalu dia berwudhu, karena waktu sholat isya’akan segera dimulai.
“hei pengemis,ngapain kamu disini” bentak laki-laki tambun dengan brewok lebat. Tangannya berkacak pinggang melihat Prihatin dengan mata curiga.
“Saya mau sholat Pak”
“Alah, bilangnya mau sholat,padahal kamu mencuri kotak amal itu kan, sudah..jangan sholat disini,jijik kami melihatmu” Usirnya bengis. Melihat itu, Prihatin terdiam, hatinya sungguh perih. Ya Allah, begitu hinakah hamba ini, hingga dirumahMU pun hamba tak ditrima.