Ara masih bingung dengan semuanya, siapakah perempuan itu?apakah bundanya Bagas?
“Semua ini dari Bagas sayang” kata Bunda tercekat sambil memberikan kado besar dan seikat bunga mawar merah.
Ada sebuah surat diatasnya. Pelan..pelan dibukanya surat bersampul biru. Hati Ara semakin tak karuan.
Dear Ara-ku sayang….
Saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah berada dipelukan Allah. Aku tak dapat melihat senyum manismu yang sering membuatku kangen.
Maafkan aku sayang, selama ini aku berbohong padamu tentang penyakitku. Semua itu kulakukan karena aku tak ingin membuatmu bersedih.
Ara sayang…..
Semenjak aku mengenal dirimu hari hariku jauh lebih berwarna. Setiap melihat canda, tawa serta ketegaranmu membuatku termotivasi untuk terus hidup. Supaya aku bisa bersamamu, berkat dirimu pula aku kuat menjalani rasa sakit ini. Rasa sakit yang sering membuatku tak berdaya.
Aku sayang kamu Ara…sungguh aku sangat mencintaimu…dan aku malu mengungkapkan semua perasaan ini padamu.
Ara sayang….
Aku bahagia sekarang…aku tenang pergi, pintaku…jagalah hadiah dariku. Kuberikan kornea mataku padaku sebagai wujud cintaku padamu.