Mohon tunggu...
Fian Roger
Fian Roger Mohon Tunggu... -

Wartawan dan Pencinta Sastra. Tinggal di Ruteng, Flores.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kasula dari Maria

28 Februari 2016   19:34 Diperbarui: 28 Februari 2016   22:08 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

Semua orang tahu rasanya bingung. Bingung harus berbuat apa dalam hidup. Bingung harus mencari apa. Bingung harus menentukan langkah-langkah krusial dalam masa muda.

Bertahan saja di Yogyakarta. Itu kata temanku. Nasihatnya kulaksanakan dengan penuh saksama. Bertahan dan mencintai Perempuan Sambas. Gadis yang memeluk aku sepanjang malam dingin. Dia yang membuat puisi tak berarti lagi selain tatapan. Ada yang bilang. Kabur saja ke Borneo dan bawa kekasihmu. Jadilah guru di daerah terpencil. Mengucilah dan cari sekolah yang bisa menampung meski bergaji rendah. Cukupkan hidup berdua meski makan seadanya.

Sebab, kalau terus nangkring di Kota ini. Lama-lama jiwamu akan berubah menjadi Yogya. Sebab kota ini terbuat dari rindu dan pulang. Kemanapun kamu kabur pasti akan kembali. Bagaimana bisa kabur saat cinta liarku berakar di sudut kota yang romantis ini? Planet mana yang akan memaafkan aku ketika melepaskan kota ini dalam rasa bersalah.

Apalagi Milin sudah mengajar di sebuah Sekolah Katolik dan karirnya makin mantap. Hanya aku yang selalu membatang kara tanpa kerja. Kerjaanku hanyalah menatap kekasihku yang berkulit bersih itu. Tapi apa selama hayat aku hanya akan menjadi penatap dan bukan penentu arah?

* * *

"Mengapa kamu suka sama manusia Flores yang parasit?" Tanyaku menguji. Bukan. Kamu bukan parasit. Kamu itu kekasihku yang membuat aku berhenti memikirkan cinta lain lagi. Itu jawabannya."Apa rela menderita hidup seadanya?" Lanjutku.

Berhenti bertanya. Jangan cinta itu kamu filsafatkan. Cinta itu tatapan dan sentuhan. Selebihnya kita cari makan, bayar kontrakan, dan pergi jalan-jalan sambil bersepeda. "Kamu bingung terus sekarang. Apa yang kamu pikirkan. Apa mau buru-buru ke Flores? " Ia bertanya.

Bukan. Bukan. Saya tak mau kembali ke Flores. Aku malah mau ikut kamu ke mana saja.Eh kamu kan laki-laki masa harus ikut perempuan. Seharusnya aku yang ikut kamu kemana saja. Termasuk tidur pada rumah pohon yang pernah kita ceritakan.

Hiks hiks hiks. Kami pun tertawa lagi. Selesai lagi kebingungan itu.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun