Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh dan Pengasuhan Orang Tua untuk Membentuk Kepribadian Anak

30 Mei 2024   23:27 Diperbarui: 30 Mei 2024   23:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepribadian adalah serangkaian pola perilaku yang menetap dalam merespon berbagai rangsangan. Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Dalam psikologi, faktor genetik dikenal sebagai teori nativisme, sementara faktor lingkungan disebut teori empirisme. Faktor lingkungan yang membentuk kepribadian anak meliputi perilaku yang diterima sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Pengaruh lingkungan sangat signifikan dalam membentuk kepribadian anak, termasuk di dalamnya pola asuh dan kebiasaan yang diterapkan oleh orang tua sejak dini. Terdapat beberapa jenis pola asuh yang dapat diterapkan kepada anak dan dampak perilaku yang ditimbulkannya, yaitu:

c.pendidikan

Pendidikan anak diperoleh dari lingkungan sekolah, yang merupakan lembaga formal yang menjalankan program bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya, baik dari aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Menurut Havighurst (1961:5), sekolah memiliki peran penting dalam membantu siswa mencapai tugas perkembangannya. Sekolah harus berusaha menciptakan suasana yang kondusif untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai tugas perkembangannya. Upaya sekolah dalam mendukung perkembangan siswa akan efektif jika sekolah memiliki iklim atau atmosfer yang sehat, baik dari segi manajemen maupun profesionalitas personelnya. Michael Rutter (Sigelmen & Shaffer, 1995: 426) mendefinisikan sekolah yang efektif sebagai sekolah yang memajukan dan meningkatkan prestasi siswa. Kemampuan akademis, keterampilan sosial, sopan santun, sikap positif terhadap pembelajaran, rendahnya angka ketidakhadiran siswa, serta kemampuan untuk bekerja merupakan indikator sekolah yang efektif.

Sekolah yang efektif tidak hanya ditandai oleh ciri-ciri tersebut tetapi juga didukung oleh kualitas pengajarnya, baik dari segi karakter pribadi maupun kompetensinya. Karakteristik pribadi dan kompetensi guru sangat mempengaruhi kualitas iklim kelas, proses pembelajaran, serta hubungan antara guru dan siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Allan C. Ornstein (1990: 549) mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa karakteristik guru yang efektif atau sangat diharapkan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kluster dimensi guru: kreatif, dinamis, terorganisir, dan memiliki kontrol diri. Guru yang kreatif menunjukkan perilaku imajinatif, suka bereksperimen, dan orisinal; perilaku dinamis ditandai dengan energi tinggi dan ekstroversi; terorganisir ditunjukkan dengan kesadaran akan tujuan, kemampuan memecahkan masalah, dan kontrol diri yang baik.

Pendidikan yang diberikan kepada anak didapat dari pendidikan formal dan pendidikan dari orang tua. Dalam memberikan pendidikan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Menurut Albert Schweitzer (dalam Yusuf S, 2012: 47), pendidikan efektif yang dapat diberikan kepada anak meliputi

1. Modeling: Orang tua menjadi contoh bagi anak mereka, baik dalam hal positif maupun negatif. Cara berpikir dan perilaku seorang anak dibentuk oleh cara berpikir dan perilaku orang tua. Melalui modeling, seorang anak belajar tentang sikap proaktif, respek, dan kasih sayang.

2. Mentoring: Orang tua berperan sebagai mentor pertama bagi anak dalam menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang yang mendalam. Orang tua menjadi sumber utama bagi perkembangan perasaan anak, seperti rasa aman dan dicintai

Ada lima cara untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak, yaitu: mendengarkan dan merasakan apa yang dialami anak; berbagi wawasan, pengetahuan, emosi, dan keyakinan dengan anak; memberikan penguatan, kepercayaan, apresiasi, dan dorongan; mendoakan anak dengan tulus; serta menyediakan waktu dan memenuhi kebutuhan anak.

Pendidikan ketiga yang perlu diberikan oleh orang tua kepada anak adalah teaching, di mana orang tua bertindak sebagai guru bagi anak-anak mereka tentang prinsip-prinsip dasar kehidupan. Orang tua berusaha mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan sehingga anak-anak dapat memahami dan melaksanakannya. Peran orang tua sebagai guru adalah menciptakan "kesadaran kompetensi," yaitu membuat anak-anak mengetahui dan mengalami apa yang mereka lakukan serta memahami alasan di balik tindakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun